Liputan6.com, Jakarta Gangguan bipolar merupakan penyakit kejiwaan yang memiliki dua kutub atau dua gejala. Ada kalanya seseorang sangat manik (bahagia) namun berselang beberapa hari atau minggu bisa berubah menjadi depresi. Uniknya, ada kalanya pasien gangguan bipolar tampak seperti normal kembali.
Bahayanya adalah ketika pasien sedang mengalami episode manik dan depresi. Misalnya pada saat manik, pasien bisa sangat bahagia, workaholic, tidur hanya dua jam. "Bisa saja seorang yang sedang manik mengebut di jalanan karena sangat antusias,", terang Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia dokter Danardi Sosrosumihardjo, SpKJ (K) saat dihubungi Liputan6.com lewat telepon (11/8/2014).
Advertisement
Pada saat depresi, pasien gangguan bipolar bisa sedih berkepanjangan dan merasa dirinya tak berharga.
Banyak juga tindakan berisiko tinggi hadir pada saat mengalami episode depresi atau manik. "Hal-hal yang diputuskan tanpa berpikir masak-masak. Misalnya berjudi, menjual rumah, memutuskan perkawinan dan hal-hal lain yang tak bisa ia kendalikan dan merugikan diri sendiri," tambah dokter Danardi.
Menurut dokter Danardi, untuk bisa mengembalikan kondisi seperti orang normal, psikiater akan memberikan edukasi atau awareness atas apa yang ia lakukan saat depresi maupun manik."Jadi ia bisa mengenali gejalanya dan mengendalikan diri," terang dokter Danardi.
"Selain awareness, pemberian obat satu-satunya cara untuk membuat episode manik atau depresi kembali normal," lanjutnya.
Pemberian bisa berlangsung dalam jangka panjang atau hanya saat mulai menunjukkan gejala manik atau depresi. "Hal ini ditentukan oleh psikiater," tambah dokter Danardi.
Lalu apakah pasien gangguan bipolar bisa sembuh? "Saat gejala tidak muncul lagi dengan konsumsi obat jangka panjang menurut dunia kedokteran pasien sah-sah saja dikatakan sembuh. Yang terpenting pasien gangguan bipolar memeroleh kualitas hidup lebih baik," jawab dokter spesialis kejiwaan ini.