Wong Ndeso Juga Bisa Stres

Seolah-olah kasus gangguan kesehatan jiwa marak akhir-akhir ini, padahal hal ini sudah lama berlangsung baik di desa dan kota.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 13 Agu 2014, 19:30 WIB

Liputan6.com, Jakarta Beberapa pekan terakhir masyarakat Indonesia mendengar maraknya pemberitaan tentang gangguan jiwa. Seolah-olah baru sekarang ada banyak kasus gangguan jiwa. Padahal menurut Wakil Ketua Komisi IX DPR RI yang juga psikiater dr. Nova Riyanti Yusup, SpKJ kasus gangguan jiwa tak hanya melanda orang terkenal atau orang kota, masyarakat pedesaan pun mengalami hal yang sama. Istilahnya wong (Jawa :orang) Ndeso (Desa) pun bisa juga stres.

"Setelah ada orang terkenal atau artis kena gangguan jiwa baru kasus ini jadi terkenal," tutur sosok yang akrab dipanggil Noriyu ini dalam acara Diskusi Bulanan PB IDI "Penanganan Kegawatdaruratan Gangguan Jiwa" di Jakarta hari ini (13/8/2014).

"Padahal tak hanya orang kota atau orang terkenal, orang desa pun mengalami gangguan jiwa ini pun harus kita perhatikan," terang Noriyu. Hal ini diungkapkan setelah mengetahui tingginya angka pemasungan orang dengan gangguan jiwa di desa yang mencapai 18%, lebih besar daripada angka pemasungan di kota.

Ditambahkan dokter Eka Viora, SpKJ dalam acara yang sama, menyatakan bahwa penderita gangguan jiwa di Indonesia masih kecil jumlahnya.

"Memang tidak dijelaskan spesifik berapa persen penyakit bipolar atau penyakit lain, namun menurut Riset Kesehatan Dasar Kemenkes RI 2013 pasien psikotik dan bipolar jika ditotal ada 0,46% yang artinya ada 46 per 1000 orang," jelas dokter Eka Viora, SpKJ.

Sedangkan gangguan jiwa yang lebih ringan seperti gangguan mood dan gangguan kecemasan diderita sekita 6% masyarakat Indonesia. Artinya ada sekitar 18 juta orang atau 1 dari 14 orang  mengalami depresi, cemas berlebih. "Pada orang yang mengalami gangguan ini keluhannya lebih pada keluhan fisik seperti pusing dan badan sakit-sakit," tambah dokter Eka.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya