Liputan6.com, Jakarta - Pasar modal Indonesia kembali diaktifkan sudah masuk usia 37 tahun pada 10 Agustus 2014. Pasar modal Indonesia pun terus bertumbuh mulai dari jumlah emiten, pertumbuhan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan diikuti kapitalisasi pasar saham selama 37 tahun.
Hari ini, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan sejumlah self regulatory organization (SRO) akan merayakan diaktifkannya kembali pasar modal Indonesia yang berusia 37 tahun. Pada tahun ini, otoritas bursa saham mengambil tema "Meningkatkan Daya Saing Global".
Advertisement
Pada usia 37 tahun diaktifkannya kembali pasar modal, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu berada di posisi kedua untuk pertumbuhan indeks saham di dunia. IHSG naik 20,92 persen secara year to date menjadi 5.168,27 pada perdagangan saham Rabu 13 Agustus 2014.
Laju IHSG cenderung naik dalam kurun waktu 2009 hingga 2014. Bila melihat pertumbuhan IHSG dari 2009 hingga 2014, IHSG telah naik 101,77 persen dari 2.534 pada 2009 menjadi 5.113 pada 11 Agustus 2014.
Kepala Riset PT Bahana Securities, Harry Su mengatakan, pertumbuhan IHSG terus mencatatkan kenaikan. Apalagi pada perayaan 37 tahun kembali diaktifkannya pasar modal Indonesia di tahun politik sehingga berdampak cukup positif untuk indeks saham. "IHSG didorong euforia politik," tutur Harry.
Kapitalisasi pasar saham Indonesia pun ikut meningkat menjadi Rp 5.074 triliun pada 11 Agustus 2014. Jadi kapitalisasi pasar saham telah naik 161,31 persen dari tahun 2009 yang masih di kisaran Rp 2.019 triliun.
Rata-rata nilai transaksi harian saham pun tembus Rp 6,18 triliun dengan volume perdagangan saham 5,06 miliar saham pada 2014. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), total perusahaan tercatat mencapai 501 emiten pada 2014. Sebelumnya jumlah emiten di Indonesia baru sekitar 398 pada 2009.
Dengan melihat pertumbuhan itu, Harry menilai, kontribusi pasar modal Indonesia cukup besar untuk ekonomi Indonesia. "Dari sisi pajak saja listed companies menyumbangkan sekitar 20 persen dari total pendapatan pajak seluruh perusahaan-perusahaan di Indonesia," kata Harry saat dihubungi Liputan6.com, yang ditulis Kamis (14/8/2014).
Hal senada dikatakan Analis PT Asjaya Indosurya Securities, William Suryawijaya. jumlah perusahaan yang mencatatkan saham di pasar modal makin bertambah telah mendongkrak kapitalisasi pasar modal Indonesia.
Jumlah investor di pasar modal Indonesia terus bertambah. Akan tetapi pertumbuhan jumlah rekening nasabah di pasar modal cenderung lambat.
Berdasarkan data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), jumlah sub rekening di pasar modal mencapai 436.824 pada Juli 2014, jumlah ini naik sekitar 52.422 rekening dari total rekening pada Juli 2013 di kisaran 384.402.
Bursa Efek Indonesia (BEI) telah menetapkan perubahan lot saham dari 1 lot berisi 500 menjadi 100 per lembar saham. Perubahan lot ini dilakukan untuk menjangkau investor terutama investor ritel untuk masuk ke pasar modal Indonesia. Hal itu mengingat jumlah investor masih minim. Hal ini pun yang selalu menjadi perhatian para pelaku pasar modal.
Sementara itu, Harry menilai, sosialisasi dan edukasi pasar modal Indonesia memiliki kendala pendidikan masyarakat Indonesia masih rendah. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), hanya 7 persen jumlah pekerja Indonesia memiliki ijazah universitas dari 125 juta pekerja.
Oleh karena itu, otoritas bursa diharapkan dapat meningkatkan dan memperluas edukasi dan sosialisasi pasar modal Indonesia kepada masyarakat.
William menuturkan, selama ini edukasi dan sosialisasi di pasar modal Indonesia sudah cukup baik. Kesadaran masyarakat untuk berinvestasi sudah mulai tumbuh. Apalagi dalam kurun waktu 3-4 tahun sudah ada sekolah pasar modal yang diselenggarakan oleh BEI dan perusahaan sekuritas.
"Sekolah pasar modal ini memang seharusnya digiatkan sejak 20 tahun lalu, tetapi lebih baik terlambat dari pada tidak melakukan apa-apa," ujar William. (Ahm/)