37 Tahun Kembali Aktif, OJK Paparkan Prestasi Pasar Modal RI

Laju IHSG berada di urutan ketiga di kawasan regional dengan tumbuh 19,43 persen. Pertumbuhan ini kalahkan indeks saham Malaysia.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 14 Agu 2014, 11:04 WIB
(Foto: Fiki Ariyanti/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Dalam rangka memperingati 37 tahun aktifnya kembali pasar modal Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) membeberkan sejumlah capaian, mulai dari kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sampai aktivitas pencatatan yang menjadi indikator keberhasilan pasar modal Tanah Air.

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK, Nurhaida mengungkapkan, pasar modal Indonesia mulai diaktifkan kembali pada 10 Agustus 1977. Dia mengklaim, kinerja pasar modal di Tanah Air menunjukkan pertumbuhan cukup signifikan.

"Indikator utamanya, pertama bisa dilihat dari laju IHSG. Dibandingkan negara lain, terutama kawasan regional, pertumbuhan IHSG dari 2 Januari-13 Agustus ini berada di urutan ketiga sebesar 19,43 persen," ujar Nurhaida saat Konferensi Pers Peringatan 37 Tahun Diaktifkannya Kembali Pasar Modal Indonesia di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta (14/8/2014).

Peringkat IHSG tersebut masih kalah dari kinerja bursa saham dari Thailand dan India yang masing-masing bertumbuh 25,49 persen dan 24,02 persen di periode yang sama. Sementara kinerja IHSG tercatat lebih baik ketimbang Malaysia dan Singapura dengan pertumbuhan 0,27 persen dan 3,99 persen.

Indikator lain penunjang pasar modal, tambah Nurhaida, terlihat dari kapitalisasi pasar Indonesia yang juga bertengger di peringkat ketiga dengan pertumbuhan 24,80 persen senilai US$ 410,38 miliar pada 11 Agustus 2014. Angka ini meningkat dari periode 2 Januari ini senilai US$ 328,84 miliar.

"Sedangkan Thailand dan India membukukan kapitalisasi pasar masing-masing senilai US$ 428,01 miliar dan US$ 703 miliar ," papar dia.

Sementara kinerja industri reksadana, Nurhaida menjelaskan, total NAB dari seluruh jenis reksadana mencapai Rp 212,18 triliun di 12 Agustus ini atau meningkat dari periode Januari yang sebesar Rp 199,77 triliun.

"Memang angkanya turun naik, dan ini kami pantau terus. Misalnya reksadana syariah yang tercatat Rp 9,51 triliun, kini menjadi Rp 9,36 triliun," ucap dia.

Sedangkan jumlah pencatatan saham perdana (Innitial Public Offering/IPO) ikut mengalami fluktuasi seiring kondisi ekonomi yang terjadi setiap tahunnya. Per 13 Agustus 2014, IPO saham tercatat 13 perusahaan dengan nilai Rp 4,14 triliun.

"Nilai IPO saham sangat bagus di 2010 senilai Rp 29,56 triliun oleh 23 perusahaan.  Perkembangannya turun naik karena kondisi di tahun-tahun itu," jelasnya.

Total secara keseluruhan yang ada di pipeline OJK, Nurhaida bilang, ada rencana IPO saham dari 2 perusahaan senilai Rp 106,72 miliar. Penerbitan saham baru (rights issue) Rp 733,82 miliar oleh 2 perusahaan, obligasi korporasi atau sukuk dari 1 perusahaan senilai Rp 750 miliar

"Jadi totalnya ada 5 perusahaan senilai Rp 1,59 triliun. Tapi biasanya mendekati September dan Desember, IPO dan penerbitan obligasi maupun rights issue akan ramai karena berlakunya laporan keuangan 6 bulanan," tandas dia. (Fik/Ahm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya