Superglad, Pengusung Punk Rock yang Tak Ingin Termakan Zaman

Tema cinta secara universal yang disajikan oleh keempat personel Superglad mampu memberikan nuansa tersendiri.

oleh Ruly Riantrisnanto diperbarui 14 Agu 2014, 21:30 WIB
Tema cinta secara universal yang disajikan oleh keempat personel Superglad mampu memberikan nuansa tersendiri.

Liputan6.com, Jakarta Kehadiran Superglad di kancah permusikan Tanah Air, seolah menjadi penyedap tersendiri bagi para pecinta musik rock, terutama punk rock. Tema cinta secara universal yang disajikan oleh keempat personelnya mampu memberikan nuansa tersendiri.

Terbentuknya Superglad berawal dari pertemuan antara dua personel band Waiting Room, Agus Purnomo alias Giox (bass) dan Dadi (gitar) yang berniat membentuk band baru setelah diajak oleh salah satu mantan personelnya, Lukman (vokal).

Lukman alias Luks atau yang juga akrab disapa Buluks, memilih keluar dari Waiting Room lebih awal. Akhirnya, ketiganya lalu bergabung dengan mengajak Akbar (drum) yang kala itu masih menjadi personel Betrayer.

Saat berkarya untuk pertama kali setelah terbentuk pada 2003, band asal Jakarta ini merilis sebuah EP (semacam mini album) bertajuk Laki-Laki yang hanya terdiri dari 4 buah lagu. Di saat itu juga, mereka mendapat kontrak eksklusif dengan MTV. Alhasil, Sony Music pun tertarik untuk membantu peredaran album perdana mereka, Superglad.

Karya Superglad terus berlanjut dengan album-album berikutnya seperti Ketika Hati Bicara (2005), Flamboyan (2008), Never Die (2009), dan Cinta dan Nafsu (2011). Tepat pada tahun baru 2014, Superglad merilis album Berandalan ibukota yang terdiri dari 10 lagu dengan berkolaborasi bersama 10 musisi.

Musik punk diakui menjadi salah satu acuan mereka dalam berkarya, meskipun Luks sendiri mengaku tidak ingin Superglad dicap sebagai band punk. "Saya sudah lama terjun di dunia punk sejak 1988 hingga membentuk band Antiseptic. Kini istilah punk sudah sedikit bergeser, tapi kami tidak mempermasalahkan perkembangan itu," ungkap Luks kepada Liputan6.com saat berkunjung ke SCTV Tower, Rabu (13/8/2014) sore.

"Superglad pun kini masih akrab dengan komunitas punk. Bagi kami, punk menjadi salah satu inspirasi dalam hal musik, terutama bagaimana membuat sound yang terdengar seperti studio. Karena sekarang semua serba digital, jadi musik pun hasilnya terlalu rapi. Tapi kami sendiri merasa tidak cocok disebut sebagai band punk," tambahnya.

Berikutnya >>

Simak juga wawancara eksklusif Liputan6.com bersama Superglad DI SINI.


Tema Musik Superglad

Tema cinta secara universal yang disajikan oleh keempat personel Superglad mampu memberikan nuansa tersendiri.

Superglad turut mengakui bahwa mereka tetap memperbarui perkembangan serta wawasan musik dari waktu ke waktu. "Kami tetap mengikuti perkembangan musik yang ada walaupun masing-masing dari kami sudah memiliki genre favorit yang berbeda-beda. Tapi semuanya tetap berakar pada musik rock," ucap Dadi.

Dalam hal lirik, Superglad memilih untuk mengangkat tema cinta yang universal. "Kami bukan tipe band idealis, kami hanya ingin mengangkat tema cinta yang nakal dan juga universal. Kami memang ingin musik kami selalu bisa dinikmati oleh anak muda," ungkap Luks.

Dadi sendiri mengakui bahwa perkembangan teknologi sangat memberi pengaruh besar terhadap perubahan industri musik di Indonesia. "Sekarang semua musik ada di dalam gadget. Padahal kalau kita ingat di zaman dulu, kita mendengar musik pakai walkman dan juga berburu album," ungkapnya.

Ditambahkan lagi oleh Dadi, "Sekarang semua tinggal download, nonton konser pun hanya tinggal menonton live streaming, tak perlu hujan-hujanan atau panas-panasan. Ya sisi kemanusiaannya jadi agak sedikit bergeser."

Berikutnya >>

Simak juga wawancara eksklusif Liputan6.com bersama Superglad DI SINI.


Lagu-lagu Andalan Superglad

Musisi yang terlibat bersama Superglad di dalam album Berandalan Ibukota diberi kebebasan dalam mengembangkan lagunya.

Superglad juga memiliki sebuah lagu andalan bertajuk Satu yang menjadi soundtrack kampanye peduli HIV/AIDS dengan tujuan awal untuk memperingati Hari Aids sedunia.

Selain itu, Superglad juga memiliki sebuah lagu yang dikhususkan untuk anak-anak, yaitu Peri Kecil. Menurut Luks, lagu tersebut memiliki nuansa lirik yang layak didengar oleh anak-anak.

Superglad pun turut mengandalkan beberapa lagu lainnya seperti Kisah Lama, Cahaya, Tidurlah Sayang, dan Laki-Laki. Lagu yang mereka dendangkan rata-rata memiliki nuansa rock alternatif yang sangat kental.

Album baru Superglad yang berjudul Berandalan Ibukota, memiliki banyak lagu hit seperti Hanya Maut yang Bisa, Berandalan Ibukota, Semalam Saja, Satu Jiwa & Nyawa, serta Anugerah dan Petaka.

Paling tidak, dengan hadirnya Superglad di tanah air, dunia musik Indonesia semakin berwarna. Ke depannya, Superglad juga ingin agar semua musisi di Tanah Air bersatu untuk membangkitkan kembali musik Indonesia yang lebih berkualitas.(Rul/Feb) 

Simak juga wawancara eksklusif Liputan6.com bersama Superglad DI SINI.

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya