PGN Siap Perluas Infrastruktur BBG Guna Dukung Program Konversi

Upaya tersebut dilakukan PGN untuk mendukung upaya pemerintah dalam mengurangi beban subsidi di sektor transportasi.

oleh Septian Deny diperbarui 22 Agu 2014, 20:38 WIB
Hal ini diatur oleh Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2005 Pasal 20 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.

Liputan6.com, Bandung - PT Perusahaan Gas (Persero) Tbk (PGN) siap memperluas infrastruktur gas bumi untuk mendukung percepatan konversi bahan bakar minyak (BBM) ke Bahan Bakar Gas (BBG) di sektor transportasi.

Upaya tersebut dilakukan PGN untuk mendukung upaya pemerintah dalam mengurangi beban subsidi di sektor transportasi yang semakin membebani anggaran pemerintah.

Juru bicara PGN Irwan Andri Atmanto mengatakan sejak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengamanatkan PGN untuk menjadi lokomotif program konversi ke BBG di tahun 2012, PGN terus membangun fasilitas pengisian bahan bakar gas baik melalui SPBG maupun Mobile Refueling Unit (MRU).

Saat ini PGN telah melayani 14 SPBG, mengoperasikan sendiri 1 SPBG di Pondok Ungu, Bekasi serta 3 fasilitas MRU di wilayah DKI Jakarta.

"Tahun ini kami akan membangun 16 SPBG dan MRU di berbagai wilayah di Indonesia. Walaupun pengguna BBG belum banyak, PGN berani mengambil risiko membangun infrastruktur karena program konversi ke BBG ini harus berhasil," ujarnya dalam Workshop Forum Wartawan Industri di Bandung, Jawa Barat, Jumat (22/8/2014).

Irwan mengungkapkan, upaya PGN mengurangi subsidi BBM dengan memperluas pembangunan SPBG dan MRU juga harus didukung oleh peningkatan jumlah kendaraan yang menggunakan BBG.

Untuk itu partisipasi dan dukungan dari semua pihak baik pelaku usaha otomotif, pemerintah sebagai pengambil kebijakan dan masyarakat sebagai konsumen untuk memulai menggunakan BBG mutlak dibutuhkan.

"Sinergi yang melibatkan seluruh stakeholder akan menjadi kunci bagi terwujudnya konversi ke gas bumi. PGN dan pemerintah memiliki komitmen yang sama untuk mengurangi ketergantungan terhadap BBM melalui penggunaan BBG secara lebih optimal," katanya.

Sementara itu, Kasi Pengembangan Proyek Ditjen IUBTT Kementerian Perindustrian Ali Murtopo mengatakan agar program ini berjalan dengan baik, maka harus disediakan SPBG dalam jumlah yang besar.

Sedangkan mengenai converter kit, dia menjelaskan saat ini sistem mesin mobil yang diproduksi beberapa ATPM di Indonesia sudah ada yang bisa memakai sistem dual fuel.

"Kalau untuk converter kit sudah bisa diproduksi di dalam negeri. Kita ingin produsen otomotif memproduksi sendiri konverter kit, sehingga penggunaan BBG akan semakin masif," tandasnya. (Dny/Nrm)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya