Liputan6.com, Damaskus - Sudah lebih dari tiga tahun, perang saudara antara militer pemerintahan Presiden Bashar al-Assad dengan pasukan pemberontak berkecamuk di tanah Suriah. Akibatnya, ratusan ribu nyawa melayang.
Kepala Badan Hak Asasi Manusia (HAM) PBB Navi Pillay menyatakan lebih dari 191 ribu orang tewas di Suriah akibat adanya perang saudara. Mereka yang tewas adalah warga, tentara, pasukan oposisi. Baik yang terlibat atau pun hanya korban perang.
"Sangat tragis, jumlahnya terus meningkat, melebihi tiga tahun pertama (pertempuran)," ujar Pillay, seperti Liputan6.com kutip dari BBC, Sabtu (23/8/2014).
Pillay menjelaskan, jumlah korban tewas terbanyak ada di Ibukota Damaskus, yakni 39.393 orang. Kemudian ada 31.932 orang yang meregang nyawa di Aleppo.
Menurut dia, Korban jiwa akan terus bertambah jika pihak internasional tidak dengan tegas dan serius untuk menghentikan pertempuran di Suriah.
"Para pembunuh, penghancur, penjagal, dan penyiksa di Suriah semakin kuat karena lemahnya peran dunia internasional," kata Pillay.
Dia menambahkan, jumlah korban tewas sebanyak 191 ribu itu merupakan hasil olah data yang dilakukan PBB dengan menggunakan sumber yang berasal empat kelompok pemantau dan pemerintah Suriah.
Perang saudara di Suriah terjadi sejak Maret 2011, di mana pihak oposisi menuntut Presiden Assad untuk mundur karena dinilai tak berhasil membangun negara secara demokratis.
Namun Assad menolaknya. Bahkan dia baru saja kembali terpilih dan dilantik sebagai presiden dengan masa jabatan baru. Dia berjanji akan menghentikan perang pada akhir tahun ini. Namun selain kubu pemberontak, pasukan Assad harus menumpas keberadaan kelompok ISIS yang berulah di negaranya.
Baca juga:
Advertisement
Beredar Video Ratusan Yazidi Pindah Agama karena Diancam ISIS
Anggota ISIS Ini Berambisi Jadi Wanita Pertama Penggal Warga AS