Liputan6.com, Kuala Lumpur - Kelompok persamaan hak-hak gay di Amerika Serikat turun ke jalan melakukan aksi protes menghadapi kemungkinan pembelian Plaza Hotel New York oleh Sultan Brunei Hassanal Bolkiah. Kabarnya, setelah dibeli sang Sultan, hotel ikonik di New York itu akan memberlakukan hukuman yang keras bagi para pelaku seks sesama jenis.
Mengutip laman Free Malaysia Today, Selasa (26/8/2014), melalui seorang perantara, Sultan Hassanal menawarkan harga US$ 2 miliar untuk membeli salah satu hotel ternama di Central Park tersebut. Bersamaan dengan tawaran itu, Sultan Brunei ini juga menawar Hotel Dream Downtown di Chelsea dan Grosvenor House di London.
Advertisement
Sejak Mei 2014, pengusaha minyak yang berkuasa di Brunei ini mulai memberlakukan aturan syariah yang ketat termasuk penjatuhan hukuman mati bagi pelaku sodomi atau kekerasan seksual.
Direktur Human Rights Campaign (HRC), Ty Cobb yang memperjuangkan hak-hak pelaku seks sesama jenis mengatakan, aksi Sultan tersebut dapat mengeksekusi para wanita, lesbian, gay, bisexsual dan masyarakat transgender. Eksekusi tersebut dapat mulai diterapkan tahun depan dan memaksa warga New York untuk tunduk pada rencananya.
"Laba usaha Amerika Serikat yang mengalir dari hote-hotelnya harus dikembalikan, rezim Sultan harus dihentikan," ujar Cobb.
Dia mendorong seluruh warga New York untuk meneriakkan satu pesan langsung pada Sultan yaitu `pindahkan bisnis Anda ke mana saja`.
Tak hanya masyarakat gay biasa, para selebritis yang mendukung persamaan hak berhubungan sesama jenis juga ikut melayangkan protesnya.
Selanjutnya Selebriti AS ikut memprotes sultan Brunei......
Selebriti AS ikut memprotes Sultan Brunei
Selebriti AS ikut memprotes sultan Brunei
Para selebritis papan atas seperti Ellen DeGeneres dan Jay Leno bahkan meneriakkan aksi boikot untuk sejumlah hotel milik Sultan Hassanal di California. HRC juga tergabung pada kelompok yang meminta pemerintah setempat memboikot hotel-hotel tersebut.
Komisi PBB untuk Hak Asasi Manusia mengutuk aturan syariah sang Sultan. Pasalnya, hukuman rajam dianggap sebagai bentuk penyiksaan atau perlakuan lain yang kejam, tidak manusiawi dan bersifat merendahkan. Menurut lembaga tersebut, aturan Sultan tak bisa diterapkan di bawah hukum internasional.
Operator hotel sang Sultan, Dorchester Properties, mengatakan aksi boikot dari sejumlah kelompok pada hotel-hotelnya di California dan Eropa dapat membuat perusahaan rugi hingga jutaan dolar. Kemungkinan boikot di Plaza hotel juga dapat ikut merusak bisnisnya.
Pemilik Plaza Hotel saat ini adalah Subrata Roy Sahara Group, yang mengambil alih kepemilikan saham 75 persen senilai US$ 431 juta. Pangeran Saudi al-Waleed bin Talal memiliki 25 persen sisanya.
Roy, penduduk asli India yang saat ini tengah mendekam di dalam penjara New Delhi atas tuduhan penjualan obligasi senilai US$ 4 miliar tanpa izin.
Untuk bebas, dia membutuhkan dana hingga US$ 1,6 miliar yang membuat Plaza dan Dream Hotel kemungkinan besar akan dijual.
Advertisement