Liputan6.com, Jakarta - Kebutuhan masyarakat meningkat terhadap transportasi udara membuat kebutuhan bahan bakar pesawat semakin tinggi. Namun pemerintah malah ingin mengurangi penggunaan avtur sebagai bahan bakar.
Sekretaris Jenderal Kementerian Perhubungan, Santoso Edy Wibowo mengatakan, pertumbuhan penumpang pesawat domestik dalam kurun lima tahun mencapai 15 persen. Sedangkan internasional sekitar 20 persen dengan kondisi demikian diakuinya akan berdampak terhadap frekuensi penerbangan yang tinggi.
Hal tersebut juga akan berdampak pada peningkatan konsumsi avtur, yang selama ini diimpor untuk mendapatkannya.
Advertisement
"Berdampak pada kebutuhan bahan bakar transportasi udara," kata Santoso, di Kantor Kementerian Perhubungan, Jakarta, Selasa (26/8/2014).
Menurut Santoso, hal tersebut tidak bisa dibiarkan. Pasalnya, produksi minyak dunia dipastikan semakin lama semakin menurun.
"Menyikapi kondisi BBM menipis perlu inisiatif pemanfaatan energi selain migas," tutur Santoso.
Oleh karena itu, perlu solusi untuk mengatasi hal tersebut yaitu mengurangi penggunaan avtur dan menggenjot penggunaan Bahan Bakar Nabati (BBN). "Tujuannya meminimalkan dampak perubahan iklim dalam pemenuhan standar palm oil," pungkasnya. (Pew/Ahm)
*Bagi Anda yang ingin mengikuti simulasi tes CPNS dengan sistem CAT online, Anda bisa mengaksesnya di Liputan6.com melalui simulasicat.liputan6.com. Selamat mencoba!