Liputan6.com, Rotherham- Rotherham, kota kecil di Inggris itu, menyimpan rahasia mengerikan selama 16 tahun: pelecehan dan eksploitasi seksual terhadap 1.400 anak antara tahun 1997 hingga 2013.
Anak-anak, di antaranya masih berumur 11 tahun diperkosa oleh beberapa pelaku, diculik, dijual ke kota lain di Inggris, dipukuli, diintimidasi.
Dan, selama itu, tak ada yang peduli. Pemerintah juga aparat dituding tutup mata.
Rotherham memiliki populasi 250 ribu orang. Bagaimana bisa aparat dan pemerintah gagal melindungi anak-anak yang sekian lama merana akibat eksploitasi?
Perhatian publik Inggris baru tertuju ke kota yang berbatasan dengan Sheffield di South Yorkshire itu pada November 2010, ketika 5 pria bejat keturunan Pakistan ditahan atas tuduhan menyekap 3 remaja di bawah umur, 2 berusia 13 tahun dan 1 berumur 15 tahun, untuk dijadikan budak seks.
Belakangan, pengakuan mereka mengungkap daftar panjang kekerasan terhadap anak selama lebih dari 1 dekade. Sekaligus memicu skandal soal kinerja polisi dan lembaga perlindungan anak.
Laporan terbaru yang dirilis menyebut, 1.400 anak -- kebanyakan bocah perempuan -- menjadi korban. Pemimpin Dewan Buruh Rotherham Roger Stone langsung mengundurkan diri sebagai bentuk pertanggungjawaban, atas pengabaian yang pernah dilakukan lembaganya.
Seorang perempuan, kepada SkyNews UK menceritakan penderitaannya saat berusia 12 dan 15 tahun. Terkadang pelakunya sampai 5 pria sekaligus.
Ia sudah melapor beberapa kali ke aparat. Kali pertama pada 2003, saat berusia 13 tahun. Namun, korban kekerasan seksual kerap dikriminalisasi -- ditahan karena mabuk, misalnya. Sementara pelakunya seakan mendapat impunitas.
"Anda tidak mendebat fakta bahwa ada banyak perempuan muda yang berkeliaran, yang hidupnya telah hancur ... Aku menyalahkan mereka (pemerintah) seperti menyalahkan pelaku yang menghancurkan hidupku," kata dia, seperti dimuat News.com.au, Rabu (27/8/2014).
Perempuan yang tak mau disebut namanya itu mengaku masih melihat penyerangnya di jalanan. Berkeliaran bebas.
Korban menceritakan, awalnya, saat berusia 12 tahun ia didekati sekelompok siswa pria -- yang kemudian mengenalkannya pada lelaki yang lebih tua.
"Mereka mulai memberiku obat, alkohol, rokok, mengajakku ke McDonald’s. Waktu itu aku sangat polos, mengira orang-orang itu memberi dengan gratis. Tapi itu sama sekali tak benar," kata dia. Ia terjebak dalam eksploitasi seksual.
Pengabaian
Tiga laporan resmi dihasilkan sejauh ini tentang kasus pelecehan anak di Rotherham. Sejak tahun 1997.
Pada tahun 2002 sebuah laporan mengkritik polisi dan dewan lokal Rotherham terkait pengaduan soal sejumlah perempuan muda yang dipaksa jadi PSK. Otoritas Rotherham saat itu menuding tuduhan itu "dibuat-buat atau berlebihan".
Pada tahun 2003 dan 2006 dua laporan lebih lanjut yang dihasilkan oleh analis narkoba menyebut: perdagangan gelap yang terkait eksploitasi seksual dan kejahatan geng di Rotherham. Dan bahwa narkoba "didistribusikan secara luas" kepada para manajer menengah dan senior di semua lembaga-lembaga penting."
Laporan keempat -- yang dirilis pagi ini waktu Australia dan WIB-- adalah yang terberat.
Profesor Alexis Jay, penulis laporan, mengatakan kegagalan pemerintah untuk bertindak di Rotherham "telah menimbulkan kecurigaan adanya kolusi dan upaya menutupi fakta."
"Polisi dan dewan, keduanya gagal melakukan tanggung jawab mereka untuk melindungi anak yang paling rentan," kata dia.
Laporannya mengatakan, sebagian besar dari 1.400 korban yang diidentifikasi adalah perempuan. Fakta itu baru terkuak setelah sejumlah pengakuan pelaku kejahatan seksual dan sejumlah laporan penyelidikan dimuat di Times of London -- pada September 2012 jurnalis Andrew Norfolk melakukan investigasi jurnalistik terkait kejahatan seksual uang dilakukan pelaku dari Asia.
"Ini terang-terangan sebagai kegagalan kolektif pemimpin politik dan pejabat," kata Jay, mantan kepala penasihat pekerja sosial untuk pemerintah Skotlandia. "Dari awal, ada bukti yang berkembang bahwa eksploitasi seksual anak merupakan masalah serius di Rotherham."
Profesor Jay mengutip budaya "macho, seksis, dan intimidas" yang berkembang di kalangan aparat dan pemerintah lokal yang mencegah mereka bertindak semestinya.
Dia juga mengkhawatirkan pelecehan sistematis tersebut bisa terjadi di kota-kota Inggris lainnya.
Sementara, polisi mengatakan 29 penangkapan telah dilakukan sehubungan dengan tindak pidana eksploitasi seksual anak di Rotherham. Mayoritas yang ditangkap adalah keturunan Pakistan.
Profesor Jay mengatakan, sejumlah korban mengaku mendapat penghinaan dari polisi. Ia mengatakan, laporan pertama menggambarkan bahwa petinggi kepolisian menolak untuk mempercayai data dan laporan.
Sementara, "beberapa anggota dewan tampaknya berpikir itu adalah masalah yang akan berlalu. Beberapa staf menggambarkan kegelisahan mereka untuk mengidentifikasi asal-usul etnis pelaku karena takut dianggap rasis."
Kota Ini Sembunyikan Rahasia Mengerikan: Pelecehan 1.400 Anak
Terungkap daftar panjang kekerasan terhadap anak selama lebih dari 1 dekade. Sekaligus memicu skandal soal kinerja polisi.
diperbarui 27 Agu 2014, 08:43 WIBRotherham (Wikipedia)
Advertisement
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Australia Minta Saran ke OECD Soal Pajak Kripto
Muka-Muka Baru di Barisan Kiper Timnas Indonesia untuk Kualifikasi Piala Dunia 2026 tanpa Maarten Paes, Ernando hingga Nadeo dan Riyandi
Meroket 90%, Ekspor Sayuran Bubuk Indonesia Tembus Rp 219 Miliar
Cara Simpan Daun Pisang Tetap Segar dan Hijau hingga Sebulan
Trik Cepat Merebus Kacang Hijau hingga Empuk, Bisa Hemat Waktu dan Gas
Apa Itu Dimmer: Panduan Lengkap Memahami Teknologi Pengatur Cahaya
Siapa Kandidat Kuat Kapten Timnas Indonesia untuk Piala ASEAN Mitsubishi Electric Cup 2024?
Apa Itu EBIT dalam Laporan Keuangan: Panduan Lengkap untuk Analisis Kinerja Perusahaan
Suswono Bertemu Rizieq Shihab di Makkah, PKS Yakin Dapat Dukungan Akar Rumput FPI di Pilgub Jakarta
Kemendagri Tunjuk Wagub Rosjonsyah Jadi Plt Gubernur Bengkulu
Memahami Upah Minimum Provinsi di Indonesia, Ini Arti dan Pengaruhnya bagi Pekerja
4 Wajah Baru di Timnas Indonesia untuk Piala AFF 2024, Talenta Muda yang Curi Perhatian STY