Harga BBM Bersubsidi Naik, IHSG Bakal Tertekan?

Ketidakpastian kebijakan soal BBM bersubsidi membuat investor asing melakukan aksi jual selama dua hari pada pekan ini.

oleh Agustina Melani diperbarui 27 Agu 2014, 15:24 WIB
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan berada di kisaran 4.835-4.893 pada Selasa pekan ini.

Liputan6.com, Jakarta - Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memang akan dipengaruhi sentimen domestik sepanjang semester II 2014.
Susunan kabinet pemerintahan pasangan presiden dan wakil presiden Joko Widodo dan Jusuf Kalla mempengaruhi laju indeks saham.

Saat ini, kabar kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi di sejumlah daerah juga menjadi fokus perhatian pelaku pasar di pasar modal. Hal ini membuat ketidakpastian bagi pelaku pasar.

Lihat saja investor asing melakukan aksi jual sekitar Rp 378,90 miliar yang terjadi sejak 25 Agustus 2014. Meski demikian, aksi jual investor asing itu masih kecil dibandingkan dana asing yang masuk ke pasar modal mencapai Rp 55 triliun secara year to date.

Kepala Riset PT Bahana Securities, Harry Su menilai, kenaikan harga BBM dapat memicu inflasi. Bila harga BBM naik cukup besar maka inflasi juga tinggi.

"Dalam jangka pendek kenaikan harga BBM memberikan sentimen negatif ke indeks saham, tapi untuk jangka panjang bagus," ujar Harry, saat dihubungi Liputan6.com, yang ditulis Rabu (27/8/2014).

Harry mengakui, kenaikan harga BBM menjadi salah satu solusi cepat untuk mengatasi defisit neraca perdagangan. Dengan pengurangan subsidi energi maka bisa digunakan untuk sekolah, kesehatan dan infrastruktur.

"Kalau mau lama misalnya dengan menaikkan pendapatan pajak," tutur Harry.

Hal senada dikatakan, pengamat pasar modal Reza Priyambada. Kenaikan harga BBM bersubsidi akan memberikan shock therapy ke bursa saham.

Sementara itu, analis PT Investa Saran Mandiri, Hans Kwee menilai, pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) akan sulit untuk menaikkan harga BBM bersubsidi. Apalagi selama 10 tahun pemerintahan SBY, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) selalu menolak kenaikan harga BBM bersubsidi.

"Tidak mungkin SBY mau menaikkan harga BBM untuk pak Jokowi. SBY juga menjaga citranya dengan tidak menaikkan harga BBM," kata Hans.

Menurut Hans, kemungkinan harga BBM naik pada akhir 2014. Dengan kenaikan harga BBM bersubsidi itu, Hans menilai, IHSG malah naik.

"Asal kenaikan harga BBM tidak banyak dan jelas pengalihannya IHSG akan naik. Memang ada risiko inflasi dan kenaikan SBI," ujar  Hans.

Kepala Riset PT Mandiri Sekuritas, John Rachmat menuturkan, susunan kabinet pemerintahan baru dan subsidi bahan bakar minyak (BBM) akan mempengaruhi laju IHSG ke depan. Bila pemerintahan baru Joko Widodo benar-benar memilih menteri berkompeten di bidangnya maka memberikan sentimen positif untuk indeks saham.

Selain itu, pelaku pasar juga menyoroti anggaran pada 2015 dengan fokus terhadap subsidi energi yang menjadi tantangan pemerintahan baru.

John memperkirakan, IHSG dapat tembus 5.550 pada akhir 2014.  Sedangkan Harry memprediksikan, IHSG menyentuh level 5.300. Hal itu dipengaruhi kebijakan BBM bersubsidi.

Sektor Saham yang Terpengaruh Kenaikan Harga BBM Bersubsidi

Harry menuturkan, jika kenaikan harga bbm terjadi maka dapat menekan sejumlah sektor saham di pasar modal.  "Semua sektor saham yang sifatnya sensitif terhadap kenaikan suku bunga termasuk bank," ujar Harry.

Sedangkan, Hans menilai, sentimen anggaran pengalihan subsidi BBM ke sektor yang produktif akan menarik. Sektor saham itu antara lain sektor infrastruktur dan konstruksi.

"Untuk sahamnya kalau sektor saham konstruksi pilihannya ada PT Wijaya Karya Tbk, PT Waskita Karya Tbk, PT PP Tbk, PT Adhi Karya Tbk, PT Semen Indonesia Tbk, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Sedangkan kalau infrastruktur ada PT Perusahaan Gas Negara Tbk dan PT Jasa Marga Tbk," ujar Hans. (Ahm/)

 

*Bagi Anda yang ingin mengikuti simulasi tes CPNS dengan sistem CAT online, Anda bisa mengaksesnya di Liputan6.com melalui simulasicat.liputan6.com. Selamat mencoba!

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya