Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Partai Gerindra Suhardi meninggal dunia di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP), Jakarta, pada pukul 21.31 WIB. Setelah dilakukan proses pemandian di ruang jenazah, jenazah Suhardi langsung dibawa ke rumah duka di Perumahan Jati Padang, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Pantauan Liputan6.com, Kamis (28/8/2014), mobil jenazah Suhardi meluncur dari kamar jenazah pada pukul 23.00 WIB dengan pengawalan polisi. Beberapa mobil pribadi yang ditumpangi sejumlah pengurus Partai Gerindra pun ikut mengiringi.
Tiba di kediaman almarhum, mobil jenazah langsung disambut isak tangis keluarganya. Suasana kediaman diselimuti haru. Kumandang salawat pun mengiringi jenazah Suhardi yang diantar menggunakan sebuah peti mati.
Rencananya, setelah didoakan dan disemayamkan dirumah duka, jenazah akan disalatkan di masjid sekitar kediaman rumah duka oleh warga sekitar.
Almarhum Suhardi sudah menjalani perawatan di RSPP sejak sepekan lalu tepatnya pada 22 Agustus, akibat penyakit kanker paru-paru stadium IV. Suhardi memang sudah lama menderita penyakit mematikan nomor wahid ini.
Jenazah akan disemayamkan di kantor DPP Gerindra pada Jumat pagi sekitar pukul 08.00 WIB dan dilakukan upacara penghormatan terakhir yang dipimpin langsung oleh Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto.
Setelah itu, jenazah akan diberangkatkan ke Yogyakarta menggunakan pesawat dari Bandara Halim Perdanakusuma. Sebelum dimakamkan, akan semayamkan di rumahnya di Joglo Suhardi, Jalan Kaliurang KM 7,5 Gang Dahlia No 90 Condong Catur, Depok, Sleman, Yogyakarta.
Suhardi pernah menjabat sebagai Ketua DPD Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Yogyakarta. Bersamaan dengan itu ia juga menjabat sebagai staf ahli Dewan Ketahanan Pangan Nasional Kementrian Pertanian pada 2002-2008.
Bersama beberapa rekan di HKTI Suhardi mendirikan Partai Kemakmuran Tani dan Nelayan tahun 2003, dan menjabat sebagai Wakil Ketua Umum. Ikut mendirikan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) dan menjabat sebagai Ketua Umum.
Suhardi adalah seorang intelektual, akademisi, politikus, dan praktisi kehutanan dan pertanian Indonesia. Ia dilahirkan di Klaten, Jawa Tengah, 13 Agustus 1952. Ia meninggalkan istri Rahayu Waluyati dan 3 anak.
Baca juga:
Energi & Tambang