3 Sektor Ini Jadi Penunjang Utama Perekonomian Surabaya

3 sektor penunjang berperan besar menyumbang pendapatan asli daerah (PAD) Kota Surabaya.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 30 Agu 2014, 13:13 WIB
3 sektor penunjang berperan besar menyumbang pendapatan asli daerah (PAD) Kota Surabaya.

Liputan6.com, Jakarta - Surabaya memiliki 3 sektor penunjang perekonomian yakni perdagangan, hotel dan restoran, dan angkutan/transportasi. Ketiga sektor ini sangat dominan dan berperan besar menyumbang pendapatan asli daerah (PAD) Kota Surabaya.

Sebab itu, Pakar ekonomi Universitas Airlangga Surabaya (Unair) Rudi Purwono, menilai kota Surabaya kini menjadi tempat yang menjanjikan untuk investasi.

Hal itu dipicu kenaikan kepercayaan penanaman modal usaha yang masih sangat dipengaruhi pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Mengingat Surabaya memiliki tren pertumbuhan ekonomi yang sangat positif.

Dia mengatakan kemajuan serta penyediaan sarana infrastruktur turut menopang peran Surabaya sebagai kota jasa dan perdagangan.

 “Ada lima indikator yang digunakan untuk menentukan suatu kota dikatakan ramah investasi. Antara lain, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Pendapatan Asli Daerah (PAD), fasilitas dan sarana penunjang, ritel dan pasar, serta nilai realisasi investasi tahunan. sebenarnya ada banyak sub-indikator yang bisa dilihat secara lebih rinci. Misalnya, terkait daya beli masyarakat, struktur ekonomi dan inflasi. Hal-hal tersebut tidak bisa dikesampingkan karena sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi,” ujar dia, seperti dikutip Sabtu (30/8/2014).

Rudi yang juga menjabat sebagai Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unair ini menjelaskan, setidaknya ada tiga komponen utama penunjang ekonomi di Surabaya.

Yaitu, sektor perdagangan, hotel dan restoran, dan angkutan/transportasi. Ketiganya sangat dominan dan berperan besar menyumbang PAD Kota Surabaya.

“Memang, selama ini pendapatan banyak dari sektor pajak. Namun, di sisi lain, ketiga komponen itu juga menandakan adanya pergerakan dunia usaha ke arah positif. Sebagai gambaran, kalau pemerintah kota menerima pendapatan pajak sebesar Rp 1 triliun, lantas berapa omset keseluruhan dari pelaku usaha di kota ini?” ujarnya.

Di samping itu, daya beli masyarakat juga menjadi faktor penentu pertumbuhan ekonomi. Dia menjabarkan, pendapatan per kapita Surabaya overall sebesar Rp 84 juta/kapita tiap tahun yang mengacu pada harga berlaku. Sedangkan berdasar harga konstan, pendapatan per kapita sebesar Rp 32 juta/kapita/tahun.

Di sisi lain, tingkat inflasi di Surabaya berada pada angka 7,52 persen di tahun 2013. Kendati terbilang agak tinggi, namun sejauh ini laju inflasi masih dalam taraf terkendali.

“Tren inflasi yang tinggi di Indonesia seiring kebijakan pemerintah terkait subsidi dan depresiasi,”lanjut dia.

Terkait PAD Kota Surabaya bisa dibilang memuaskan. PAD Kota Surabaya memberi kontribusi 53,32 persen jika dikaitkan dengan total APBD.

Sementara jika dibanding dana perimbangan yang diberikan pemerintah pusat, rasio PAD mencapai 191 persen.

“Melihat data ini, Surabaya bisa dikatakan sudah mandiri dan mampu menopang pilar-pilar bisnis,”tandasnya.

Sedangkan dari struktur APBD-nya, sekitar 25 persen diperuntukkan bagi belanja modal. Ini menandakan, ada komitmen dari Pemkot Surabaya untuk membangun sarana infrastruktur demi kepentingan-kepentingan publik.

“Intinya, komitmen pemerintah daerah bisa dilihat dari struktur APBD-nya dan kita harus bersyukur karena Pemkot Surabaya serius menggarap infrastruktur,” imbuhnya.

Soal indikator retail dan pasar, Rudi menyebut yang terpenting sekarang adalah bagaimana menghubungkan pengusaha-pengusaha besar dengan para pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).

Salah satu caranya yakni mendorong UMKM mampu menembus pasar yang lebih besar dengan metode kemitraan.

“Artinya, pengusaha-pengusaha besar yang sudah punya pangsa pasar yang jelas membantu para pelaku UMKM yang bisa mengakses pasarnya sendiri, namun dengan timbal balik UMKM sebagai binaan perusahaan besar,”pungkasnya.

Dikonfirmasi terpisah, Kabag Humas Pemkot Surabaya, M Fikser mengatakan pemkot tak henti-hentinya berinovasi demi menarik investasi.

Dengan ketersediaan infrastruktur dan kondusifitas kota, dia meyakini Surabaya akan mampu lebih berkembang sebagai kota bisnis di Indonesia.

Beberapa program pemkot terbukti mampu membawa dampak positif bagi dunia usaha. Contohnya, pembangunan jalan Middle East Ring Road (MERR II-C).

Sebelum adanya jalan tersebut, kawasan di wilayah itu relatif sepi. “Kini setelah ada jalan baru, kita bisa lihat ada berapa usaha baru yang bermunculan di sana. Itu juga berimbas pada peningkatan perekonomian dan perputaran uang di Surabaya,” katanya singkat. (Dian Kurniawan/Nrm)

 

 

*Bagi Anda yang ingin mengikuti simulasi tes CPNS dengan sistem CAT online, Anda bisa mengaksesnya di Liputan6.com melalui simulasicat.liputan6.com. Selamat mencoba!

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya