Di Tengah Pemberontakan, Presiden Suriah Lantik Kabinet

Presiden Suriah, Bashar al-Assad melantik kabinet baru yang dibentuk pekan lalu. Ini hasilnya.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 01 Sep 2014, 13:52 WIB
Presiden Suriah Bashar al-Assad (Telegraph.co.uk)

Liputan6.com, Aleppo - Tiga bulan setelah terpilih kembali menjadi Presiden Suriah, Bashar al-Assad  melantik kabinet baru yang dibentuk pekan lalu. Prosesi yang digelar Minggu 31 Agustus 2014 waktu setempat itu, dilakukan ketika pemerintahannya terus menghadapi para pemberontak yang sudah berjuang selama tiga tahun untuk menggulingkannya.

"Keberhasilan pemerintah akan tergantung pada kepercayaan warga melalui transparansi. Ketika ada masalah yang kita tidak bisa diselesaikan, kita harus memberitahu. Kita harus jujur​​. Kita tidak harus mengatakan sesuatu yang kita tidak yakin atau tidak dapat kita lakukan. Kita tidak harus memberikan janji-janji yang lebih besar dari kemampuan kita, dan harus menepati janji sesuai kemampuan kami," kata Assad seperti dimuat Times of Malta, Senin (1/9/2014).

Pemerintah Suriah juga mengungkapkan, negara akan bekerja sama dalam upaya internasional untuk memerangi militan ISIS, setelah AS mengisyaratkan sedang mempertimbangkan memperluas pertempuran melawan kelompok itu ke wilayah Suriah.

Kemenangan Assad yang mengantongi 88,7 persen suara, diumumkan oleh ketua parlemen Suriah Mohammad al-Laham pada Rabu 4 Juni 2014. Ini adalah ketiga kalinya ia menjabat sebagai presiden negara itu.

Negara-negara Timur Tengah dan Barat menyebut pemilu itu sebagai tipuan dan tidak kredibel. Terlebih pesta demokrasi itu digelar di tengah kondisi perang di Suriah.

Presiden Bashar al-Assad yang menjadi calon incumbent atau kandidat petahana sudah diprediksi kembali menang sejak awal pemilu. Kini hal itu terbukti, ia mengalahkan 2 kandidat lainnya, yakni mantan anggota DPR Hassan Abdallah al-Nouri dan Maher Abdel-Hafiz Hajjar, ahli hukum yang juga anggota parlemen.

Voting berlangsung di daerah-daerah yang dikuasai pemerintah Suriah, tetapi tidak di bagian utara dan timur Suriah yang sebagian besar dikuasai pemberontak yang berjuang untuk mengakhiri 44 tahun pemerintahan Assad.

PBB menyebut konflik di Suriah sebagai keadaan darurat kemanusiaan terbesar dalam era sekarang. Lebih dari 3 juta orang mengungsi ke luar Suriah untuk menghindari perang saudara, sementara 6,5 juta lainnya mengungsi di dalam Suriah. (Ein)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya