Liputan6.com, Jakarta Jangan kira kalau hanya orang miskin yang bisa mengalami kurang gizi. Orang kaya pun juga memiliki risiko yang sama. Apalagi perubahan gaya hidup membuat orang-orang beralih dari makanan tradisional ke makanan cepat saji.
Seperti disampaikan pakar gizi dari Departemen Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Endang L. Achadi bahwa prevalensi stunting pada balita diantara kelompok kaya sangat tinggi.
Advertisement
"Orang pendek dari keluarga miskin memang lebih banyak daripada dari keluarga kaya. Tapi orang kaya yang pendek juga banyak," kata Endang
saat seminar media dalam rangka Ulang Tahun PT Sarihusada ke 60 di Yogyakarta, ditulis Minggu (31/8/2014
Laporan Riset Dasar Kesehatan (Riskesdas) 2007, kata Endang, juga menunjukkan perbedaan antara kuintil 1 (termiskin) dan 5 (terkaya) ternyata hanya terpaut 10 persen.
"Kurang gizi pada balita, utamanya stunting (pendek) masih sangat tinggi pada semua tingkat ekonomi, walaupun lebih tinggi pada kelompok miskin. Sedangkan obesitas pada balita bertambah, pada kelompok miskin hampir setinggi kelompok kaya," jelasnya.
"Jadi jangan kira ini masalah sepele. Masalah gizi itu serius. Sedikit perhatian tapi dampaknya luar biasa," tambahnya.