Gampang Dicuri Hacker, Password Sudah Ketinggalan Zaman

Kurang lebih 5 dekade sudah berlalu, dan password masih menjadi ujung tombak sistem keamanan komputasi di era modern seperti sekarang ini.

oleh Adhi Maulana diperbarui 05 Sep 2014, 15:09 WIB
Ilustrasi Password

Liputan6.com, Jakarta - Password adalah sebuah sistem keamanan komputasi yang sudah digunakan sejak era tahun 1960-an. Saat itu Fernando Corbato, seorang iluwan komputer asal Amerika Serikat menemukan konsep password dan diterapkan pada sebuah proyek untuk Massachusetts Institute of Technology (MIT). 

Kurang lebih 5 dekade sudah berlalu, dan password masih menjadi ujung tombak sistem keamanan komputasi di era modern seperti sekarang ini.

Seiring dengan berjalannya waktu dan majunya dunia teknologi, password dirasa semakin lemah dan tak lagi relevan dengan kondisi yang ada. Hacker menjadi lebih lihai dan dapat dengan mudah mencuri password milik para pengguna komputer.

Menurut Dr. Ant Allan, seorang pakar keamanan komputasi di Gartner Research, ada sejumlah sistem keamanan komputasi alternatif yang bisa digunakan sebagai pengganti password.

Laman BBC melansir, Allan mengatakan bahwa sensor biometrik, penggunaan mikrofon untuk identifikasi suara, dan penggunaan fitur kamera untuk identifikasi wajah adalah sejumlah cara yang dapat dipilih untuk menggantikan peran password.

"Membuat password yang panjang dan unik tidaklah simpel, menggunakan sesuatu seperti sensor biometrik adalah hal yang sangat praktis," papar Allan.

Foto dok. Liputan6.com


Namun ia menjelaskan, penggunaan username dan password tradisional tetap dipertahankan hingga saat ini karena belum ada sistem keamanan komputasi yang lebih murah dibandingkan metode tersebut.

Penggunaan sensor, identifikasi suara atau wajah membutuhkan biaya yang lebih tinggi, baik di sisi perangkat maupun pengembangan program.

"Masih sulit untuk menemukan sesuatu yang lebih murah namun menawarkan tingkat keamanan yang lebih tinggi dibanding dengan sistem password. Ada banyak cara lain yang kita ketahui, tapi produsen belum mau menggunakannya karena tingginya biaya," terang Allan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya