Sesepuh: Putusan Golkar Jadi Oposisi Tak Rasional

"Selama kepemimpinan Ical, silakan lakukan langkah tapi perlu tanggung jawab di Munas Golkar."

oleh Silvanus Alvin diperbarui 02 Sep 2014, 16:55 WIB
Zainal Bintang (Liputan6.com/Miftahul Hayat)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menerima kunjungan dari Koalisi Merah Putih. Pertemuan itu dinilai untuk semakin menguatkan posisi Koalisi Merah Putih plus Partai Demokrat jadi oposisi serta penyeimbang pemerintah.  

Dalam pertemuan itu, kehadiran Partai Golkar diwakili oleh sekjennya, Idrus Marham. Sesepuh Golkar Zainal Bintang menuturkan sikap oposisi Golkar yang digariskan Ical memang kewenangannya.

"Untuk sampai hari ini, formal DPP dipimpin Ical dan itu di bawah ketum. Selama kepemimpinan dia, silakan lakukan langkah tapi perlu tanggung jawab di Munas. Silakan saja, nggak ada masalah. Mau bikin Pansus Pemilu silakan saja, apa manfaatnya bagi partai perlu tanggung jawab di Munas," jelas Zainal di Kantor Eksponen Ormas Tri Karya Golkar, Jakarta, Selasa (2/9/2014).

Ketua Pusat Koordinator Eksponen Ormas Tri Karya Golkar (EO-TKG) itu juga mengkritik keputusan Ical yang menetapkan partai berlambang beringin di luar pemerintahan. Ia menilai kebijakan jadi oposisi merupakan langkah emosional dan tak rasional dari Ical.

"Keinginan Ical bawa Golkar jadi penyeimbang itu sah-sah saja. Tapi jadi oposisi atau penyeimbang setelah dia kalah kiri-kanan, tidak diterima sama PDIP dan tidak berdaya di Pilpres walau dukung mati-matian Prabowo. Saya anggap itu putusan emosional dan tak rasional," tegasnya.

Zainal menuturkan, seharusnya Ical mencontoh sikap SBY dalam menahkodai Demokrat. Menurutnya, bila mau jadi oposisi, seharusnya sejak awal tak masuk Koalisi Merah Putih. "Mestinya dari awal, ikut seperti Demokrat. Menjadi penonton yang baik seperti Demokrat," tandas Zainal. (Yus)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya