Liputan6.com, New York - Pasar saham AS ditutup melemah pada Rabu pagi ini, setelah Indeks Standard & Poor 500 yang sempat mencetak rekor terbaik sejak Februari turun, terimbas penyusutan saham perusahaan penghasil energi. Ini dipicu harga minyak mentah dunia yang turun mengimbangi data manufaktur AS yang menunjukkan laju tercepat pertumbuhan dalam tiga tahun.
Indeks saham S&P 500 melemah 0,1 persen menjadi 2.002,28 pada pukul 04:00 waktu New York, memangkas kerugian sebelumnya 0,4 persen dalam perdagangan sore. Indeks Dow Jones Industrial Average tergelincir 30,89 poin, atau 0,2 persen menjadi 17.067,56.
Namun khusus indeks Nasdaq Composite naik 0,4 persen, memperpanjang level tertinggi sejak Maret 2000. Tercatat, lebih dari 5,7 miliar saham berpindah tangan di bursa AS dan merupakan gertakan beruntun sembilan hari volume bawah 5 miliar saham.
"2.000 daerah masih dalam bermain, dan kami belum pernah bergerak melewati itu meyakinkan karena tetap ada benjolan kecepatan dalam jangka pendek," ujar Joe Bell, analis ekuitas senior di Cincinnati berbasis Schaeffer Investment Research Inc melansir laman Bloomberg.
Advertisement
Lima dari 10 [erusahaan utama yang masuk dalam indeks S & P 500 mengalami penurunan harga saham hingga 1,3 persen.
Saham Newfield Exploration and Noble Corp misalnya, tergelincir setidaknya 2,1 persen karena harga minyak mentah West Texas Intermediate merosot. Chevron Corp kehilangan 1,5 persen.
Indeks Institute for Supply Management manufaktur secara tak terduga naik menjadi 59, level tertinggi sejak Maret 2011, serta dibandingkan Juli yang masih berada di 57,1. Level lebih besar dari 50 mengindikasikan adanya pertumbuhan.
Namun di luar negeti, data manufaktur tercatat kurang positif karena pertumbuhan pabrik Inggris melambat lebih dari perkiraan bulan lalu dan manufaktur Italia menyusut karena Eropa mengalami kejatuhan dari melemahnya permintaan dan meningkatnya risiko geopolitik. Pertumbuhan output di China juga melambat.
Indeks saham & P 500 melonjak 3,8 persen pada Agustus, naik di atas 2.000 untuk pertama kalinya, di tengah membaiknya data ekonomi dan spekulasi Federal Reserve akan mempertahankan suku bunga rendah bahkan ketika ekonomi menunjukkan tanda-tanda penguatan. Indeks itu telah naik 8,1 persen pada tahun 2014.
"Secara keseluruhan, data mendukung gagasan bahwa ekonomi masuk ke semester kedua tahun ini tumbuh cepat, yang tentunya membantu pasar ekuitas," jelas Kevin Caron, Stifel Nicolaus & Co di Florham Park, New Jersey. (Nrm)