Liputan6.com, Jakarta - Pertemuan antara Ketua Umum PAN Hatta Rajasa dan Presiden terpilih Joiko Widodo atau Jokowi di kediaman Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh dianggap menjadi salah satu sinyalemen positif dalam dunia politik. Hal ini dianggap mencairkan suasana dalam kondisi politik yang belakangan memanas.
Namun, pertemuan ini bukan berarti penjajakan lebih dalam antara koalisi Jokowi-JK dan PAN. Sekretaris Jenderal PDIP Tjahjo Kumolo menilai, pertemuan itu hanya bagian dari membangun komunikasi yang baik. Jadi harus dibedakan antara pertemuan komunikasi dan membangun kerja sama politik.
"Pertemuan dipisahkan, antara pertemuan membangun komunikasi dan membangun kerja sama politik jangka pendek jangka panjang dipisahkan," kata Tjahjo di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis (4/9/2014).
Menurut Tjahjo, pertemuan itu bukan pertama kali dilakukan Hatta Rajasa dengan para petinggi partai koalisi Jokowi-JK. Hatta bahkan sudah pernah bertemu dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri sebelum pilpres.
"Pak Hatta sudah ketemu Ibu Mega juga sudah, kalau kemarin mau ketemu Pak Jokowi ya sah-sah saja. Ketemu kan boleh boleh saja," ungkap Tjahjo.
Sementara itu, Ketua DPP PAN Tjatur Sapto Edy mengatakan, memang ada ajakan untuk bergabung bersama Jokowo-JK di pemerintahan. Tapi, PAN tetap pada komitmen awal untuk bergabung bersama koalisi Merah Putih.
Advertisement
"Iya, tapikan tidak bisa karena sudah berkomitmen. Bukan menolak, tapi tidak bisa memenuhi," kata Tjatur.
PAN pada dasarnya akan tetap berkomitmen menjadi penyeimbang dalam pemerintahan. Konsistensi itu pula yang saat ini masih dipegang teguh PAN.
"Konsistensi istiqomah paling disukai Tuhan dan manusia. Menghargai kebersamaan, kepercayaan, jadikan orang itu kredibel itu yang paling mahal," ujar Ketua Fraksi PAN. (Ans)