Liputan6.com, Sydney - Pesawat Malaysia Airlines MH370 belum juga diketahui keberadaannya, sejak raib secara misterius dalam penerbangan terakhirnya dari Kuala Lumpur, Malaysia ke Beijing, China pada 8 Maret 2014 dini hari. Hampir 6 bulan berlalu, sebuah petunjuk didapatkan oleh tim pencarian.
Pemetaan bawah laut terbaru di zona pencarian MH370 mendeteksi benda keras. Keberadaan obyek tersebut diketahui dari data satelit pelacak (satellite-tracking) dan analisis simulasi penerbangan. Demikian seperti dimuat The Times yang dikutip dari News.com.au, Jumat (5/9/2014).
Advertisement
Namun, Pejabat Biro Keselamatan Transportasi Australia atau Australian Transport Safety Bureau, Martin Dolan mengaku, belum yakin apakah benda keras itu adalah puing pesawat yang dicari. Bisa saja itu hanya formasi batuan. "Tak ada gamblang menyebut, 'bentuknya mirip pesawat'. Itu berada di yang sulit dijamah. Wilayah yang mengerikan, sangat rumit," jelas Dolan.
Sementara itu, para ahli dari Australia, Inggris dan Amerika Serikattelah mempersempit pencarian mereka. Menjadi 60.000 km persegi di Samudera Hindia, 1.800 km di lepas pantai Australia Barat.
"Kompleksitas sekitar pencarian tidak dapat diremehkan.Dilakukan di area Samudera Hindia yang luas. Sementara datanya dan informasi penerbangan pesawat yang terbatas," urai Dolan.
"Meskipun tidak mungkin untuk menentukan dengan pasti di mana pesawat berada di bawah laut, semua data yang tersedia menunjukkan area pencarian sangat mungkin dekat dengan pemetaan tim, yang kini dipersempit di Samudera Hindia selatan."
"Pencarian akan menjadi usaha berat. Kompleksitas dan tantangan sangat besar, tapi tidak mustahil. Ahli-ahli terbaik dunia telah menelaah, memperbaiki dan melokalisasi daerah yang paling mungkin menjadi tempat jatuhnya pesawat MH370. Itulah sebabnya kami tetap yakin bisa menemukannya."
Perkembangan terbaru dari pencarian ini datang, setelah peneliti berpikir MH370 berbelok ke selatan sedikit lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya.
Menteri Transportasi Federal, Warren Truss mengungkapkan informasi itu saat Australia menandatangani nota kesepahaman, dengan Menteri Transportasi Malaysia Liow Tiong Lai di Canberra baru-baru ini.
Truss mengatakan, penelitian lebih lanjut telah dilakukan untuk melacak upaya panggilan telepon yang dilakukan Malaysia Airlines pesawat sesaat sebelum pesawat menghilang dari radar pada bulan Maret.
"Beberapa pekerjaan telah dilakukan dalam upaya memetakan posisi pesawat. Saat percakapan telepon satelit gagal disambungkan antara awak Malaysia Airlines di darat ke pesawat. Diduga MH370 mungkin telah berbelok ke selatan sedikit lebih awal dari yang kita duga sebelumnya."
Untuk saat ini, jelas Truss, daerah pencarian tetap sama. Tetapi akan dilakukan perbaikan dari data satelit.
Menteri Transportasi Malaysia mengatakan, negaranya akan membagi beban biaya tender pencarian bawah laut yang lebih dalam dengan pihak Australia.
Bulan lalu pemerintah Malaysia mengumumkan perusahaan Belanda Fugro sebagai pemenang kontrak untuk menjelajahi dasar laut mencari reruntuhan pesawat. Operasi yang akan dimulai bulan depan, diperkirakan akan memakan waktu satu tahun dan biaya US$ 52 juta atau sekitar Rp 614 miliar.
Pesawat MH370 dinyatakan hilang kontak saat terbang dari Kuala Lumpur, Malaysia ke Beijing, China pada 8 Maret 2014 dini hari. Ada 239 orang yang berada di dalamnya, yang terdiri dari 227 penumpang dan 12 awak pesawat. (Ein)