Liputan6.com,Jakarta - Uni Eropa kini telah menyiapkan serangkaian sanksi baru bagi Rusia lantaran konflik yang terjadi di Ukraina. Wakil Perdana Menteri Rusia Arkady Dvorkovich mengatakan, sanksi-sanksi baru yang dijatuhkan pada negaranya berpotensi mengguncang perekonomian global.
"Sanksi-sanksi itu akan berdampak buruk dari sisi mana saja. Itu tak akan baik bagi Amerika Serikat, tak akan bagus untuk Eropa. Mereka mengalami kesulitan saat Rusia tengah dalam masalah," ungkap Dvorkovich di sela perkumpulan World Economic Forum di China seperti dikutip dari CNBC, Rabu (10/9/2014).
Advertisement
Dia mengatakan, perekonomian global sedang dalam kondisi yang kurang menguntungkan bahkan tanpa sanksi-sanksi tersebut. Sementara itu perekonomian Rusia terus menunjukkan perubahan besar dalam beberapa tahun terakhir.
Awal pekan ini, Uni Eropa memang telah melakukan penyesuaian paket sanksi-sanksi baru terhadap Rusia. Salah satu sanksi yang akan dijatuhkan termasuk pembatasan operasi perusahaan-perusahaan minyak milik Rusia di Eropa.
Meski begitu, Uni Eropa masih menunda pengguliran sanksi tersebut dan memberikan waktu pada Rusia untuk melakukan gencatan senjata.
Dijatuhi sejumlah sanksi sebelumnya, Rusia tidak tinggal diam dan memberikan hukuman tersendiri bagi AS dan Eropa. Rusia melarang impor makanan senilai US$ 9 miliar dari Uni Eropa, AS, Kanada, Australia dan Norwegia guna mendorong naik harga-harga pangan domestik.
Sanksi-sanksi yang berjatuhan di antara tiga kubu besar tersebut diprediksi dapat mengganggu stabilitas setiap pihak dan akhirnya mengganggu perekonomian dunia.
"Yang saya tahu, presiden kami, Vladimir Putin ingin semua serangan dihentikan dan dia akan melakukan apa saja untuk membuat itu terwujud," tandas dia. (Sis/Nrm)
*Bagi Anda yang ingin mengikuti simulasi tes CPNS dengan sistem CAT online, Anda bisa mengaksesnya di Liputan6.com melalui simulasicat.liputan6.com. Selamat mencoba!