Menlu AS: Dunia Tak Boleh Biarkan ISIS Sebarkan 'Setan'

Menlu AS John Kerry menekankan, ISIS merupakan ancaman tunggal terbesar yang dihadapi rakyat Irak saat ini.

oleh Anri Syaiful diperbarui 11 Sep 2014, 07:18 WIB
Menlu AS John Kerry. (REUTERS/Brendan Smialowski/Pool)

Liputan6.com, Baghdad - Sepak terjang Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) masih menjadi ancaman di Timur Tengah. Kelompok radikal yang sekarang menyebut dirinya sebagai Daulah Islamiyah atau IS itu pun mendapat perhatian serius pemerintah Amerika Serikat.

"Dunia tidak dapat membiarkan menyebarnya 'setan' dari kelompok militan Daulah Islamiyah atau ISIS," kata Menteri Luar Negeri Amerika John Kerry dalam jumpa pers di Baghdad, Irak, seperti dilansir BBC News yang dikutip Liputan6.com, Kamis (11/9/2014).

Kerry menekankan pula, ISIS merupakan ancaman tunggal terbesar yang dihadapi rakyat Irak saat ini.

Dalam jumpa pers bersama Perdana Menteri Irak Haidar Al-Abadi, Kerry yang sedang dalam lawatan Timur Tengah mengatakan akan ada rencana global untuk mengalahkan ISIS. Namun imbuh Kerry, pemerintah baru Irak harus menjadi 'mesin perang' tersebut.

ISIS menguasai wilayah besar Irak bagian utara, dengan mengalahkan tentara dan mendapatkan dukungan dari sejumlah kelompok Sunni yang membelot.

Kerry menggelar kunjungan yang tak diumumkan sebelumnya ke Bagdad. Ini sebagai awal rangkaian lawatan Timur Tengah Menlu AS tersebut yang ditujukan untuk meningkatkan bantuan militer, politik, dan finansial untuk memerangi ISIS.

Ia melakukan pembicaraan dengan PM Al-Abadi, yang menyerukan bantuan internasional untuk mengalahkan ISIS.

"Tentu saja, peranan kami adalah untuk membela negara kami, namun komunitas internasional bertanggung jawab untuk melindungi Irak," kata Al-Abadi seusai bertemu dengan Kerry.

Tak hanya persoalan ISIS, Kerry dan Al-Abadi juga membicarakan tentang rencana Abadi untuk pemerintahan barunya. Perdana menteri yang merupakan pengikut Syiah tersebut berjanji memberikan kekuasaan lebih banyak kepada Sunni dan menangani hubungan pemerintah pusat dengan minoritas suku Kurdi.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya