Liputan6.com, Jakarta - Walikota Bandar Lampung, Lampung, Herman HN melihat ada perbedaan yang diterima dalam pemilihan tidak langsung atau pemilihan diwakili DPRD. Ia juga menegaskan bila dipilih DPRD, maka kepala daerah akan takut pada anggota Dewan itu ketimbang masyarakat.
"Presiden dipilih rakyat, DPR dipilih rakyat, mengapa kepala daerah tidak?" ujar Herman di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Kamis (11/9/2014).
Herman mengatakan bila dipilih langsung oleh rakyat, maka rakyat yang akan jadi pengawas. Tiap kebijakan pun dibuat menyentuh dengan rakyat dan sesuai dengan kebutuhan mereka.
"Kalau dipilih rakyat maka dia (kepala daerah) akan dekat dengan rakyat. Kalau kita janji dengan rakyat harus kita tepati. Sedangkan kalau dipilih DPRD, maka kepala daerah akan takut pada DPRD. Tiap tahun pun pertanggungjawaban akan menemui kendala," imbuh Herman.
Sementara itu, Bupati Tanjung Jabung Timur Zumi Zola mengatakan sejauh ini Rancangan Undang-Undang Pemilihan Kepala Daerah (RUU Pilkada) belum disahkan. Zumi yang merupakan kader PAN masih menunggu sikap partainya.
"Saya kan fungsinya 2, sebagai bupati dan kader partai. Ini juga akan kita lihat kondisi arahan dari PAN bagaimana. Nanti setelah disahkan baru apa aplikasinya ke depan. Saya sampai saat ini prioritas saya adalah sebagai bupati," terang Zumi.
Namun Zumi menambahkan, ia mendengarkan dengan baik masukan dari para ahli yang hadir dalam rapat koordinasi luar biasa yang digelar Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI) dan Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI) menyikapi RUU Pilkada.
"Disampaikan para ahli tadi bahwa bila (RUU Pilkada) ini disahkan, maka kita langkah mundur, di mana kita punya sistem presidensiil (presidensial) dan parlementer," tandas Zumi. (Mut)
Walikota Lampung: DPR Dipilih Rakyat, Kenapa Kepala Daerah Tidak?
Bila dipilih DPRD, maka kepala daerah dinilai akan takut pada anggota Dewan itu ketimbang masyarakat.
diperbarui 11 Sep 2014, 13:20 WIBPengunjuk rasa dari Gerakan Rakyat Untuk Pilkada Langsung (Gerpala) membakar keranda sebagai simbol matinya demokrasi di depan gedung DPRD Jabar, Bandung, Jawa Barat, Rabu (10/9/2014). (Antara/Agus Bebeng)
Advertisement
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Pesan Mendag Budi ke Pelaku Usaha: Inovasi Jadi Kunci Peningkatan Daya Saing Ekspor
Jelang Nataru 2025, ASDP Ketapang Siapkan 57 Armada Kapal
Badai Cedera Hantam Arsenal, Hadapi Laga Krusial Tanpa Kehadiran Bukayo Saka
Gelar Acara Pendidikan, Upaya Koperasi Karya Praja Sejahtera Cilegon Tingkatkan Kompetensi Anggota
Bangga, Pembalap Sepeda Indonesia Satu Race dengan Pembalap Legenda Dunia Mark Cavendish
Ridwan Kamil Ditemani Maruarar Sirait, Teken Pakta Integritas dengan Kelompok Multietnik Jakarta
Keluarga Tiga Eks-Bupati Tegal Bersatu Dukung Bima-Mujab, Hadiri Kampanye Akbar ‘Hajatan Bisa Dadi 1’
Pupuk Kaltim Andalkan SNI Demi Tingkatkan Daya Saing Global
Mendag Budi Lepas Ekspor Produk Furnitur Senilai USD70.000 ke AS dan Prancis
Portofolio Green Loan BNI Tumbuh Double Digit Sejak 2021
Anggota Kongres AS Sambut Baik Surat Penangkapan Benjamin Netanyahu, Biden Marah-Marah
DP3AP2KB Kota Cilegon Kumpulkan Calon Pengantin Sebagai Upaya Cegah Stunting Sejak Dini