Liputan6.com, Jakarta - Ahok dan Abraham Lunggana atau Haji Lulung kembali menjadi buah bibir. Menyusul pernyataan pedas anggota DPRD DKI Jakarta dari Fraksi PPP itu yang dinilai menyudutkan sang Wakil Gubernur DKI Jakarta.
Ini bukan ronde pertama Lulung dan Ahok bersitegang. Sudah banyak soalan seputar Ibukota yang kemudian berujung celotehan-celotehan pedas antara keduanya.
Advertisement
Ketegangan antara keduanya sudah berlangsung sejak jauh hari, dimulai dengan polemik penertiban pedagang kaki lima (PKL) di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Berikut 6 ketegangan Ahok dan Lulung yang dirangkum Liputan6.com, Jumat (12/9/2014):
Mafia Tanah Abang
Mafia Tanah Abang
Penertiban pedagang kaki lima (PKL) di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat menjadi pemicu ketegangan antara Ahok dan Haji Lulung Juli 2013 lalu. Kala itu pria bernama lengkap Basuki Tjahaja Purnama itu menyebut, ada mafia dan muatan politis di balik bandelnya para PKL hingga tak mau direlokasi.
Namun Haji Lulung yang saat itu menjabat sebagai Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta dan juga dikenal sebagai tokoh Tanah Abang merasa tersudut dengan pernyataan Ahok. Geram, dia pun mendesak Ahok memeriksakan kesehatan jiwanya.
"Ahok bilang, ada oknum DPRD bermain di Tanah Abang, sekarang saya bilang, saya jawab nih, Wakil Gubernur harus diperiksa kesehatan jiwanya. Karena selama ini ngomongnya selalu sembarangan," ujar Lulung 25 Juli 2013 lalu.
Namun Ahok dengan tegas membantah pernah menyebut nama Lulung dalam pernyataannya soal pembeking PKL Tanah Abang. Untuk mencairkan suasana, Ahok pun menelepon Lulung. Keduanya lalu terlibat dalam percakapan yang berujung pada tawaran untuk ngopi bareng dari mantan Bupati Belitung Timur tersebut.
Advertisement
Kontroversi Lurah Susan
Kontroversi Lurah Susan
Perseteruan antara Ahok dengan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Gamawan Fauzi yang berbeda pendapat terkait kisruh penolakan lurah Lenteng Agung Susan Jasmine Zulkifli turut menarik perhatian Lulung.
Lulung menyayangkan sikap Ahok yang terlalu bereaksi keras terhadap imbauan Mendagri untuk mengevaluasi kembali posisi Susan sebagai Lurah. Menurut Lulung, apa yang diucapkan Gamawan tak salah, masuk akal dan objektif.
Sementara sikap Ahok yang temperamental dan kerap berbicara keras serta ceplas-ceplos dianggap Lulung melanggar norma dan etika politik.
"Itu menurut aku, Pak Ahok terlalu berlebihan," ucap Lulung 1 Oktober 2013 lalu.
"Saya sering mengingatkan kepada beliau selalu menggunakan UU 32 Tahun 2004 Pasal 27. Itu kalau itu dikatakan gubernur dan wakil gubernur menjaga etika di dalam menjalankan pemerintah daerah provinsi, " imbuh dia.
Banjir Sampai Kiamat
Banjir Sampai Kiamat
Bulan berganti bulan, seteru keduanya pun berlanjut kembali pada Februari 2014. Ahok kembali mengeluarkan pernyataan kontroversial. Mantan Bupati Belitung Timur itu 'meramalkan', banjir di kawasan Kampung Pulo, Jakarta Timur mustahil untuk diatasi.
"Kampung Pulo pasti akan banjir sampai kiamat karena warga tinggal di bantaran sungai," ujar Ahok, Senin 3 Februari 2014 lalu.
Pernyataan Ahok pun disambut kritikan pedas dari Lulung. Politisi PPP itu menilai, Ahok pesimistis.
Lulung pun mendesak Ahok mundur jika sudah tak yakin lagi mampu mengatasi banjir Ibukota. "Kalau pemimpinnya sudah pesimis begini, mundur saja," ujar Haji Lulung di Jakarta 4 Februari 2014.
Advertisement
Cara Pecat Ahok?
Cara Pecat Ahok?
Pembahasan soal banjir Kampung Pulo pun berlanjut. Ahok mengaku tak habis pikir mengapa Lulung menyebutnya pesimistis dan meminta dirinya mundur.
Padahal, yang dimaksud Ahok adalah, banjir di kawasan itu tak akan pernah selesai selama pemukiman liar di bantaran kali tidak hilang. Menurut dia, ilmuwan manapun tak akan bisa menyelesaikan masalah banjir jika rumah-rumah masih saja didirikan di bantaran sungai.
Pria berkacamata itu menilai, Lulung hanya tengah mencari cara untuk melengserkannya. "Itu namanya cari-cari ajalah supaya gimana cara mecat Ahok gitu," cetus Ahok 4 Februari 2014 lalu.
Lulung pun masih menanggapi. Ia meminta Ahok tidak marah atas kritikannya. Sebab, kritik itu diberikan terkait posisinya sebagai anggota DPRD yang merupakan pengawas Pemprov DKI.
"Saya kan pengawas dia, jadi jangan marah. Ahok harus sabar dong," pinta Lulung 4 Februari 2014.
Kembali Sindir Ahok
Namun beberapa hari kemudian, Lulung kembali menyindir Ahok serta Gubernur Jokowi dengan persoalan yang sama: banjir. Lulung meminta Jokowi-Ahok menggunakan pendekatan dan komunikasi yang baik dengan daerah tetangga, seperti Depok, Tangerang, Bekasi, dan Bogor.
Terutama dalam mengatasi permasalahan banjir di Jakarta. Untuk menjalin hubungan yang baik, Lulung mengingatkan Jokowi-Ahok agar menjaga komunikasi dengan para pimpinan daerah di wilayah penyanggah itu.
"Jangan sampai ada yang ngomong, "Eh air lu jangan buang ke Jakarta, buang saja ke langit", jangan kayak gitu ngomongnya, itu melukai hati orang. Betul nggak? Kita nggak ngomong itu (ucapan) wagub (Ahok), kita ngomong itu pemerintah," kata Lulung 17 Februari 2014 lalu.
Advertisement
Lamborghini Hijau
Lamborghini Hijau
Hari itu Lulung yang terpilih saat Pileg lalu kembali dilantik menjadi anggota DPRD DKI Jakarta. Kendaraan mewah, Lamborgini hijau bernomor polisi B 1285 SHP yang ditumpanginya saat pelantikan itu pun menjadi perhatian.
Ahok pun ditanyai pendapatnya soal mobil mewah Lulung itu. Baginya, anggota dewan membawa lamborgini adalah hak mereka, tapi ia memberikan 2 peringatan.
"Yang penting kan dicek saja, bayar pajak penghasilannya berapa? Kita nggak ada pembuktian terbalik sih, kalau dia bos kan dia bisa beli," ujar Ahok 25 Agustus 2014 lalu.
Namun selang beberapa waktu, beredar kabar, mobil itu tak terdaftar di Samsat Polda Metro Jaya dan Dinas Pelayanan Pajak DKI Jakarta. Hingga akhirnya kendaraan yang diduga milik Lulung tersebut diserahkan ke Polda Metro Jaya.
Sapi Perah DPRD
Sapi Perah DPRD
Aksi kontroversial Ahok lagi-lagi mendapatkan perhatian dari Lulung. Yang teranyar, soal langkah pria kelahiran Belitung Timur itu untuk mundur dari Partai Gerindra lantaran tak setuju dengan usulan mekanisme pemilihan kepala daerah oleh DPRD.
Bagi Ahok, itu sama saja dengan menjadi sapi perahan DPRD. Lulung pun terusik. Dia mengancam akan menghalangi pelantikan Ahok menjadi Gubernur DKI Jakarta.
Alasannya, karena politisi PPP ini merasa terhina dan tersinggung dengan pernyataan Ahok yang menyebut DPRD pemeras kepala daerah.
"Ahok harus dibinasakan, binasakan kariernya jadi wakil gubernur. Kalau dulu saya bilang harus diperiksa kesehatan jiwanya, hari ini terbukti, semua orang bilang dia gila. Makanya saya bilang, saya binasakan karirnya Ahok. Nggak bakalan dia dilantik jadi gubernur," ucap Lulung 11 September 2014.
Lalu apa kata Ahok?
"Membinasakan karier? Kita lihat saja siapa yang kariernya binasa."
Advertisement
Ahok Santai
Diancam seperti itu, Ahok tetap santai. "Saya jadi Plt Gubernur sampai terakhir juga nggak apa-apa, cuma selisih gaji doang dikit," ucap dia.
Menariknya, komentar Lulung yang menyudutkan Ahok mendapatkan tanggapan dari sesepuh PPP Muhammad Rodja. Dia malah membela Ahok.
"Ahok ini orang benar, mau kau pecundangi terus? Saya ini mantan Sekretaris Wilayah PPP DKI Jakarta tahun 1990-1995 dan mantan Ketua Komisi Anggaran DKI Jakarta, mendukung Ahok," tegas Rodja 12 September 2014. (Sss)