Liputan6.com, Chicago - Spinosaurus yang menakutkan layak dianggap salah satu ikon para dinosaurus. Badannya lebih besar dari T.rex, juga hewan-hewan purba karnivora lainnya.
Kini, para ilmuwan menemukan hal yang lebih menakjubkan dari makhluk yang satu ini: Spinosaurus jenis Spinosaurus aegyptiacus adalah satu-satunya dinosaurus yang diketahui beradaptasi untuk hidup nyaris seluruhnya di dalam air. Ia juga punya tonjolan tulang di punggungnya -- yang mirip layar -- yang tingginya di atas ukuran pria dewasa.
Sekitar 97 juta tahun lalu, dalam sistem sungai di wilayah yang kini menjadi Afrika, Spinosaurus aegyptiacus raksasa membelah air, menjerat ikan yang melewati celah gigi-giginya yang berbentuk kerucut. Demikian dilaporkan para ilmuwan dalam jurnal ilmiah Science.
Fosil-fosil terbaru menunjukkan, dinosaurus sepanjang 15 meter itu secara fisik beradaptasi dengan kehidupan dalam air, termasuk kaki datar dan mungkin berselaput, juga letak lubang hidung yang lebih tinggi di bagian kepala.
"Binatang ini sangat aneh, yang bakal memaksa para ahli dinosaurus untuk memikirkan kembali apa yang mereka kira sudah diketahui," kata Nizar Ibrahim, ahli paleontologi vertebrata di University of Chicago, seperti Liputan6.com kutip dari situs sains LiveScience, Senin (15/9/2014).
Spinosaurus tersebut diyakini sebagai dinosaurus semi-akuatik pertama yang diketahui.
Spinosaurus kali pertama dideskripsikan pada 1915 oleh ahli paleontologi Jerman, Ernst Stromer, yang menemukan sejumlah belulang hewan tersebut -- termasuk tulang belakang dengan tinggi hampir 2,1 meter di Mesir. Stomer membuat ilustrasi detil dan deskripsi temuannya itu.
Namun, pada April 1944, koleksinya -- termasuk fosil Spinosaurus, hancur dalam pemboman udara Sekutu di Munich.
Setelahnya, sejumlah orang menemukan fragmen tulang Spinosaurus, namun tak ada yang sekomplit koleksi Stomer yang dibom.
Akhirnya, pada April 2008, Nizar Ibrahim dan para koleganya dalam perjalanan pulang dari situs Kem Kem Beds of Morocco, mereka mampir ke sebuah desa di padang pasir di mana penduduk lokal kerap menemukan fosil. Di sanalah seorang pemburu tulang purba mendekat, membawa kotak kardus berisi sedimen dan sejumlah tulang yang membatu.
Salah satu tulang menarik perhatian Ibrahim. Bentuknya panjang dan bentuknya mirip pisau -- mungkin bagian iga. Namun, ada garis merah misterius di bagian persilangan tulang. Ia menduga, itu adalah tonjolan tulang Spinosaurus.
Tak berapa lama kemudian, Ibrahim mengunjungi Museo Civico di Storia Naturale di Milano, di mana ahli paleontologi di sana menunjukkan fosil yang diyakini Spinosaurus. Pada salah satu tulang, ada garis merah yang sama yang pernah ia lihat di kotak kardus di Maroko.
Sayangnya, para peneliti di Milan tidak bisa mengatakan di mana mereka menemukan fosil itu. Ibrahim pun meluncurkan "Mission Impossible" -- kembali ke Maroko mencari pria yang membawa kotak kardus itu.
Masalahnya: satu-satunya yang ia tahu tentang pria itu adalah ia memiliki kumis. Tim setengah mati mencarinya. Tapi tak menemukannya. Suatu hari Ibrahim sedang duduk termangu di sebuah kafe, minum teh mint, sambil merenungkan misinya yang hampir berakhir dengan kegagalan, tiba-tiba pria berkumis itu datang menghampiri mejanya.
Mirip Buaya dan Bebek
Dengan petunjuk pria berkumis itu, para peneliti diarahkan ke situs Spinosaurus. Di sana mereka menemukan lebih banyak tulang dari individu dinosaurus yang sama.
Mereka lalu menyadari keanehan fosil tersebut: sangat padat tanpa rongga medula berongga ditemukan di tulang lengan dan kaki. Belulang seperti itu kerap ditemukan pada hewan laut, yang berfungsi untuk mengontrol daya apung.
Tim lalu mengkombinasikan tulang yang baru ditemukan itu dengan gambaran yang dibuat Stromer, juga dengan fosil lain sejenis yang disimpan di museum di seluruh dunia.
Bukti-bukti tulang tersebut mengarah pada gaya hidup di air: gigi serupa buaya yang ideal untuk menjerat mangsa dalam air, lubang hidung yang letaknya di bagian kepala yang lebih tinggi, ekor fleksibel mirip kemudi, kaki pendek, dan telapak lebar mirip kayuh yang diduga berselaput milik bebek.
Dinosaurus itu bahkan punya jaringan lubang dan saluran, yang disebut foramen, di moncongnya, identik dengan struktur buaya modern -- yang digunakan untuk mendeteksi perubahan tekanan air yang diakibatkan munculnya mangsa dalam air.
Tak hanya itu, saat menganalisa kerangkanya, para peneliti menemukan Spinosaurus aegyptiacus punya struktur tubuh yang berat ke depan, yang cocok untuk hidup di bawah air.
"Siapapun tak bakal berharap bertemu dengan hewan ini di darat, namun ia tidak berkeliaran di seluruh lanskap," kata Paul Sereno, ahli paleontologi vertebrata di University of Chicago.
Spesies Spinosaurus lain diketahui juga makan ikan, kata Sereno, namun Spinosaurus aegyptiacus diduga menjadi satu-satunya yang menghabiskan lebih banyak waktunya di air.
Namun, masih ada pertanyaan besar soal Spinosaurus aegyptiacus, yakni tonjolan tulang mirip layar di punggungnya. Para peneliti menduga, itu fungsinya sebagai penanda, saat ia berenang di bawah air.
Para peneliti juga sangat tertarik untuk mempelajari lebih lanjut tentang bagaimana Spinosaurus bergerak di air. Sereno berpendapat, besar kemungkinan energi pendorong bawah air hewan purba itu berasal dari kaki maupun ekornya.
"Ini chimera. Ini setengah-bebek, setengah buaya," kata Sereno. "Tak ada hewan modern pembanding yang mirip dengan dinosaurus ini." (Riz)
Advertisement