Liputan6.com, Jakarta - Peneliti Kaspersky Lab, Roberto Martinez dan Juan Andres Guerrero, meneliti Google Glass dan Samsung Galaxy Gear 2 serta mengeksplorasi bagaimana kedua wearable device ini dapat mempengaruhi privasi dan keamanan penggunanya.
Keduanya dinilai memungkinkan pengguna bebas berselancar di dunia maya. Menurut Martinez, fungsionalitas ini menyimpulkan bahwa Google Glass terekspos serangan jaringan vektor, terutama Man-in-the-Middle (MiTM), di mana komunikasi antara dua sistem dapat diinterupsi.
Hal ini ditemukan dalam percobaan yang dilakukan oleh peneliti Kaspersky Lab. Mereka memasang wearable device di jaringan yang termonitor dan memeriksa data yang ditransmisikan. Hasil analisis data yang diterima menunjukkan bahwa tidak semua lalu lintas data yang dipertukarkan antara perangkat dan hot spot dienkripsi.
Secara spesifik hal ini dimanfaatkan untuk mengetahui apakah pengguna yang ditargetkan sedang mencari penerbangan, hotel ataupun tujuan wisata. Dengan kata lain hal ini memungkinkan untuk melakukan profiling task, bentuk sederhana dari pengawasan.
"Kami mengakui bahwa hal tersebut bukanlah sebuah kerentanan yang sangat merusak, meskipun demikian, profiling melalui data meta yang bersumber dari lalu lintas pertukaran di dunia maya dapat menjadi langkah pertama dari serangan yang lebih kompleks terhadap pemilik perangkat," kata Martinez, melalui keterangan resminya, Senin (15/9/2014).
Di sisi lain, sebagai seorang peneliti di Kaspersky Lab, Juan Andres Guerrero, menemukan sesuatu ketika ia memeriksa Samsung Galaxy Gear 2 miliknya. Perangkat ini sengaja dirancang untuk membuat suara yang keras dan memperingatkan orang-orang di sekitarnya jika sedang dipergunakan untuk mengambil foto.
Ketika ditilik lebih dalam pada perangkat lunak Galaxy Gear 2, terungkap bahwa ODIN yaitu perangkat lunak milik Samsung yang tersedia untuk umum, memungkinkan pengguna memanfaatkan Galaxy Gear 2 untuk mengambil gambar dengan kamera tanpa suara.
Ini jelas dianggap Guerrero membuka peluang skenario, yang mana wearable device bisa melanggar privasi orang lain.
Advertisement