Liputan6.com, Jakarta Berdebat dengan perokok aktif memang bukan hal yang mudah dilakukan. Selain banyak pembenaran yang biasa diajukan, kaum pengisap racun ini cenderung mencari alasan yang kurang masuk akal jika diminta berhenti. Seperti misalnya bagaimana dengan ladang pekerjaan industri rokok jika tidak ada lagi yang merokok. Padahal memikirkan kesehatan sendiri saja tidak mampu, bagaimana bisa ia memikirkan orang lain.
Hal inilah yang dialami Mantan Walikota Bontang, dr. Sofyan Hasdam, Sp.S. Ketika masih praktik sebagai spesialis saraf, beliau selalu berdebat mengenai kesehatan dengan perokok. Tak jarang, ia pun sering kesal dengan puluhan bahkan ratusan alasan dari para perokok yang tidak masuk akal yang datang padanya sembari membawa berbagai penyakit.
Advertisement
"Perokok itu lucu, banyak sekali alasannya kalau disuruh berhenti. Tapi kalau Anda ketemu dengan mereka, coba bilang seperti yang saya katakan. Begini, Pak, kalau dulu di ICU itu penuh, karena banyak perokok sakit dan dirawat. Tapi sekarang ICU itu penuh bukan lagi diisi perokok. Sebab perokok-perokok itu kebanyakan meninggal di UGD sebelum sempat dirawat di ICU," kata Sofyan saat Semiloka 'Peran Sistem Kesehatan Daerah. yang Terintegrasi dalam Era Jaminan Kesehatan Nasional di Sudirman, Jakarta, Rabu (17/9/2014).
Menurut Sofyan, rokok merupakan kendala utama seseorang bisa sehat. Sedangkan, prevalensi kematian akibat rokok aktif dan pasif seperti jantung, stroke sangat tinggi di Indonesia.