Di Bantaeng Ada Call Center Layanan Kesehatan 24 Jam

Di Kabupaten ini, call center layanan kesehatan 24 jam dengan ambulans dan dokter keluarga yang siap menolong

oleh Fitri Syarifah diperbarui 18 Sep 2014, 08:00 WIB
Sebuah ambulans harus dapat menjemput atau mengantar pasien yang sakit agar cepat sampai pada tujuan.

Liputan6.com, Jakarta Menjadi salah satu daerah terpencil di pelosok Sulawesi bukan alasan Kabupaten Bantaeng menjadi terbelakang. Pasalnya, masyarakat yang tinggal di wilayah yang memiliki luas 395,83 kilometer persegi ini ternyata sangat dimanjakan oleh fasilitas kesehatan yang sangat baik.

Seperti disampaikan Bupati Bantaeng, Sulawesi Selatan, H.M Nurdin Abdullah bahwa di daerahnya terdapat jogging track, call center layanan kesehatan 24 jam, ambulans serta dokter keluarga yang siap sedia menolong masyarakat kapanpun dibutuhkan.

"Sebenarnya jika infrastrukturnya dibangun dengan baik maka masyarakat akan mengikuti polanya," kata Nurdin saat diwawancarai Liputan6.com di sela-sela semiloka Jaminan Kesehatan Nasional di bilangan Sudirman, Jakarta, Rabu (17/9/2014).

Nurdin menerangkan, ia beserta pemerintah daerah terkait sebenarnya tidak melakukan suatu hal istimewa. Karena ia menerapkan pendekatan program layanan kesehatan bukan pendekatan 'proyek' kesehatan.

"Saya ingat, ketika baru dilantik menjadi bupati itu sore hari, Bantaeng sepi. Kala itu, hampir semua tetangga juga sering pergi ke Makassar untuk menikmati akhir pekan. Waktu itu saya berpikir, kalau mereka konsumtif, penghasilan daerah juga akan sedikit. Melihat pemandangan itu, saya bertekad untuk memfasilitasi mereka dengan cara pendekatan program yang melibatkan masyarakat bukan proyek," ungkapnya.

Penyediaan sarana dan prasarana mulai dari kesehatan, wisata dan pembangunan kota pun kemudian dilaksanakan. Setidaknya, kata Nurdin, saat ini penanganan penyakit bisa dituntaskan tidak sampai ke rumah sakit.

"Kami ada 20 dokter dan 8 ambulance yang siap membantu masyarakat 24 jam. Nggak pandang penyakit ringan dan berat, dokter akan memeriksa pasien di rumahnya. Sekarang kalau ada kecelakaan saja, siapapun yang melihatnya langsung telepon saja," jelasnya.

Selain itu, masih ada yang menarik. Pria yang pernah menyelesaikan studi di Jepang ini mengungkapkan bahwa RSUD Prof. Dr. A. Makkatutu yang diklaim RS termegah di Sulawesi Selatan dibangun di Bantaeng dibangun bukan untuk warga setempat.

"Melihat masalah emergency masyarakat bisa teratasi oleh dokter keluarga, RS sepi. Tapi saya ingin bangun RS, kenapa? Target saya memang orang dari Makassar dan daerah lain yang berobat ke Bantaeng. Bayangkan, dulu, orang kami setiap sakit harus menempuh 300 kilometer lebih untuk mendapat obat ke Makassar," tuturnya.

Ke depannya Nurdin berharap, ingin mengembangkan medical tourism. Jadi RS akan berubah menjadi bukan sekedar merawat orang sakit melainkan tempat wisata untuk melihat bagaimana kerja dokter.

"Seperti di luar negeri lah, dokter kita juga mampu. Kalau untuk tindakan jantung-bypass dan operasi besar kan masih dilakukan di RS. Nanti turis yang datang bisa menjadi aset juga untuk daerah," katanya.

Nurdin menambahkan, dulu, kebanyakan dokter di kota enggan menetap lama di daerahnya. Meski banyak PTT, tapi mereka tidak akan lama tinggal ketika diangkat. Oleh sebab itu, ia mengaku sangat menghargai profesi kedokteran. Ahli anestesi misalnya, ia manjakan dan diberikan tempat tinggal di Rumah Jabatan Bupati sementara ia tinggal di rumah pribadi.

Selain itu, Nurdin saat ini juga tengah aktif menyosialisasikan pentingnya konsumsi makanan organik dan mengubah pola hidup makan nasi dengan karbohidrat lain yang menyehatkan. "Nasi kan sudah banyak ditinggal masyarakat modern. Saya mau mereka juga kenal ketela, talas dan lainnya yang lebih sehat. Mereka kan hidup dari hasil holtikultura. Dengan begitu mereka akan lebih sehat."

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya