Mbah Rono: Meski Terus Erupsi, Status Gunung Slamet Tetap Siaga

Sementara letusan demi letusan dan embusan asap dari Slamet masih berlangsung.

oleh Edhie Prayitno Ige diperbarui 18 Sep 2014, 11:29 WIB
Letusan lava pijar bertipe strombolian pada kawah Gunung Slamet terlihat dari desa Pandansari, Paguyangan, Brebes, Jumat (12/9) dini hari kemarin (Antara/Idhad Zakaria)

Liputan6.com, Semarang - Sejak meletus Rabu siang 17 September 2014 kemarin, Gunung Slamet hingga kini masih berstatus siaga. Kondisi gunung yang berada di Kabupaten Banyumas, Purbalingga, Pemalang, Tegal, dan Brebes, Jawa Tengah itu hingga kini pun masih fluktuatif.

Sementara letusan demi letusan dan embusan asap dari Slamet masih berlangsung. Namun Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Surono mengatakan, tak terekam adanya gempa vulkanik dangkal maupun gempa vulkanik dalam dari aktivitas Slamet.

"Meski demikian, status Gunung Slamet masih tetap siaga," kata pria yang karib disapa Mbah Rono itu di Semarang, Jawa Tengah, Kamis (18/9/2014).

Sementara itu, kata Surono, berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) di Pos Pengamatan Gunung Api Slamet, Desa Gambuhan, Kecamatan Pulosari, Pemalang, dalam 12 jam terakhir gunung itu teramati 7 kali mengeluarkan sinar api setinggi 100-800 meter.

Selain itu, Slamet juga 6 kali melontarkan lava atau material pijar tinggi 200-500 meter dari puncak, serta terdengar 5 kali suara dentuman sedang hingga kuat. Sedangkan dari sisi kegempaan, terekam 48 kali gempa embusan, 11 kali gempa letusan, dan 2 kali tremor harmonik.

"Sementara pada hari Kamis ini, pengamatan dari jam 00.00-06.00 WIB, secara visual teramati 1 kali letusan abu tebal kehitaman tinggi 500 meter dari puncak yang condong ke arah barat daya dan terdengar 1 kali suara dentuman sedang. Kegempaan terekam 104 kali gempa embusan, 27 kali gempa letusan, dan 1 kali tremor harmonik," tutur dia.

Berdasar pengamatan itu, Surono pun meminta agar masyarakat agar tidak beraktivitas dalam radius 4 kilometer dari puncak Gunung Slamet.

"Warga yang bermukim di luar radius tersebut agar tetap tenang dan beraktivitas seperti biasa," tandas Surono. (Yus)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya