Darah Pasien Sembuh Ebola Diburu di Pasar Gelap, 'Obat Ajaib'?

Pasien yang putus asa mencari cara alternatif: membeli darah orang yang sembuh dari Ebola di pasar gelap. Ampuh?

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 18 Sep 2014, 16:12 WIB
Ilustrasi Virus Ebola (Liputan6.com/Sangaji)

Liputan6.com, Jenewa - Wabah Ebola merebak di Afrika Barat. Hampir 5.000 orang terkena virus itu di Liberia, Sierra Leone, Guinea, Nigeria, dan Senegal -- belum termasuk yang lolos dari pencatatan. Setidaknya 2.400 nyawa manusia melayang akibatnya.

Di saat rumah sakit dan paramedis berjuang memberi perawatan, sejumlah pasien yang putus asa mencari cara alternatif: membeli darah orang yang sembuh dari Ebola di pasar gelap. Demikian diungkapkan Badan Kesehatan Dunia (WHO).

Darah dari mereka yang selamat -- yang disebut convalescent serum -- diyakini mengandung antibodi yang bisa melawan virus mematikan itu. Meski belum berbukti secara medis, dipercaya menyembuhkan penyakit yang belum ada obatnya tersebut.

"Studi menunjukkan tranfusi darah dari pasien yang sembuh mungkin mencegah atau mengobati infeksi virus Ebola pada orang lain, namun masih sulit untuk menginterpretrasikan hasil studi tersebut," demikian diungkap WHO seperti dikutip dari CNN, Kamis (18/9/2014).

"Juga belum diketahui apakah antibodi dalam plasma mereka yang selamat cukup untuk mengobati atau mencegah penyakit itu. Riset lebih lanjut mutlak diperlukan."

Serum dari mereka yang selamat dari Ebola sudah digunakan untuk merawat sejumlah pasien, termasuk pekerja medis asal Amerika Serikat, Rick Sacra, yang dirawat di rumah sakit Omaha, Nebraska. Ia mendapatkan darah Kent Brantly, sesama warga AS yang selamat dari Ebola. Keduanya terinfeksi saat sama-sama membantu pasien di Liberia.

Perdagangan Ilegal

Tak seperti kasus di Nebraska, pasien di negara-negara terjangkit mendapatkannya dari sumber ilegal. Alih-alih menyembuhkan, perdagangan gelap itu justru bisa menyebarkan infeksi lain termasuk HIV dan penyakit yang berhubungan dengan darah.

"Kita harus berkerja sama lebih erat dengan pihak negara yang terjangkit untuk mencegah perdagangan gelap itu untuk 2 alasan," kata Direktur Jenderal WHO, Margareth Chan, dalam pernyataannya. Bahwa serum itu tak melalui standar yang tepat dan berpotensi mengandung infeksi lain.

Ahli kesehatan telah mendeklarasikan status Ebola sebagai 'darurat global' dan mengkritik respon komunitas internasional yang lemah.

Presiden Barack Obama, Selasa lalu, mengumumkan bahwa negaranya akan mengirimkan tentara dan material untuk membangun rumah sakit lapangan, juga pekerja medis ke negara-negara terdampak. AS juga akan membangun fasilitas untuk melatih pekerja kesehatan untuk mengidentifikasi dan merawat pasien ebola.

"Saat ini, banyak pria, wanita, dan anak-anak hanya bisa diam, menunggu maut menjemput mereka," kata Obama. "Jika wabah ini tak dihentikan sekarang, kita bisa kehilangan ratusan bahkan ribuan orang yang terinfeksi -- yang akan berimplikasi pada politik, ekonomi, dan keamanan bagi kita semua."

Apalagi, ada kekhawatiran bahwa virus Ebola bisa bermutasi ke bentuk yang lebih berbahaya dan mematikan.

Ebola saat ini ditularkan dari kontak dengan cairan tubuh. Jika sampai bermutasi, bukan tak mungkin virus itu menyebar lewat udara -- yang bakal menjadi malapetaka bagi orang-orang di seluruh dunia. (Yus)

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya