Liputan6.com, Jakarta - Presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi) memutuskan untuk memberikan ruang bagi para profesional non-partai mengisi 18 kursi menteri kabinet. Tapi, Jokowi harus waspada jangan sampai kursi menteri nanti diisi oleh para cukong yang justru menghabiskan kekayaan negara. Hal ini tentu bertentangan dengan Nawa Cita Jokowi.
Pegiat Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Salamudin Daeng menilai, Jokowi harus benar-benar menyeleksi sosok yang akan mengisi kementerian di bidang migas. Jangan sampai kabinet Joko Widodo-Jusuf Kalla bakal tersandera jika memilih para petinggi perusahaan asing untuk memimpin Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) misalnya.
"Hal ini mementahkan upaya pemerintahan Jokowi-JK untuk memperjuangkan ideologi trisakti kemerdekaan yang selama ini diusung, yakni berdaulat secara politik, mandiri secara ekonomi dan berkepribadian secara kebudayaan," kata Salamudin di Jakarta, Sabtu (20/9/2014).
Dia mengatakan, salah satu sektor yang paling menggiurkan bagi para pebisnis terutama perusahaan multinasional asing adalah sektor migas. Karena tak bisa dipungkiri bidang ini menjadi ladang bagi para sindikat mafia dan pengerukan kartel internasional untuk berkuasa.
Menurut Salamudin, Jokowi juga harus berhitung dengan cermat sebelum memilih menteri dari kalangan profesional non partai. Jangan sampai, kekuasaan yang dimilikinya malah dipergunakan untuk memperluas bisnisnya.
Ide untuk melepas jabatan di perusahaan setelah menjadi menteri pun bukan ide yang buruk. Hal ini juga sama seperti yang diterapkan pada menteri yang berasal dari partai.
"Mestinya Jokowi juga menyatakan komitmennya untuk membebaskan kabinetnya dari para pebisnis, orang yang terlibat langsung dalam bisnis, baik sebagai CEO perusahaan perusahaan asing, maupun perusahaan nasional," ujar Salamudin.
Hal itu dinilai penting karena profesional non-partai tidak memiliki kepentingan untuk menjaga konstituen agar tetap bersimpati. Beda dengan profesional partai yang pasti memiliki kepentingan menjaga simpati konstituen mereka agar dapat terpilih kembali di pemilu berikutnya.
"Pengurus parpol masih memiliki tanggung jawab kepada konstituen, sehingga akan sangat berhitung jika sepak terjangnya merugikan konstituennya," tandas Salamudin. (Riz)
Pilih Menteri Profesional, Jokowi Diminta Waspadai Pebisnis
Pegiat AEP Salamudin Daeng menilai, Jokowi harus benar-benar menyeleksi sosok yang akan mengisi kementerian bidang migas.
diperbarui 20 Sep 2014, 16:18 WIBJokowi (Liputan6.com\Miftahul Hayat)
Advertisement
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Hasil Terupdate Data Suara Pilkada Banten 2024 di KPU, Rekapitulasi Tingkat Kecamatan dan Kabupaten/Kota Baru Dimulai
Perdana di Bank Syariah RI, BSI Luncurkan Produk Emas BSI Gold
MU Susah Payah Kalahkan Bodo/Glimt, Instagram Marselino Diikuti Rio Ferdinand
Kulit Melinjo yang Pahit Ternyata Bisa Jadi Tumisan Lezat, Begini Cara Mengolahnya
BRI Rayakan HUT ke-129: Nikmati Promo Spesial BRIguna dengan Suku Bunga Mulai 8,129%
5 Pemenang Hair and Skin Research Grant 2024, Ada Cara Mencegah Kanker Kulit yang Meningkat karena Perubahan Iklim
Gegara Hal Sepele, Kakak-Beradik di Bekasi Ribut Sampai Buat Laporan Polisi
Sembunyikan Anak dalam Laci Hampir 3 Tahun, Ibu di Inggris Dipenjara
Hasil Quick Count Pilbup Cianjur, Tampilkan Duel Ketat Wahyu-Ramzi dan Herman-Ibang dengan Selisih 2,4 Persen Suara
MK Siap Terima Permohonan Sidang Sengketa Pilkada 2024, Ini Jadwalnya
Top 3: Zodiak yang Paling Perhatian Saat Pasangannya Sakit
Yulius dan Elly Saling Klaim Kemenangan di Pilgub Sulut, Begini Penjelasan KPU