Terkait Pokja Energi Tim Transisi, Jokowi Terpengaruh Partai?

Penunjukan kakak kandung dari Ketua Tim Transisi Rini Soemarno ini dinilai karena Jokowi mulai terpengaruh partai.

oleh Silvanus Alvin diperbarui 21 Sep 2014, 18:13 WIB
Jokowi bersama anggota Tim Transisi (foto: @aktivitasjokowi)

Liputan6.com, Jakarta - Mantan Dirut Pertamina Ari Soemarno diangkat sebagai Ketua Kelompok Kerja (pokja) Bidang Energi pada Kantor Transisi untuk menyusun road map energi pemerintahan Jokowi-JK. Penunjukan kakak kandung dari Ketua Tim Transisi Rini Soemarno ini pun mendapat penolakan dan Jokowi dinilai mulai terpengaruh partai.

"Jokowi justru banyak terpengaruh partainya, seperti menunjuk Ari Soemarno jadi Ketua Pokja Anti-Mafia Migas. Jokowi mulai dikuasai oleh parpol," ujar Direktur LIMA Ray Rangkuti di Jakarta, Minggu (21/9/2014).

Dengan langkah ini Ray me nilai Jokowi tidak memiliki keseriusan untuk membenahi sektor migas. "Kesan kami, tidak ada kesungguhan dari pihak Jokowi untuk melaksanakan apa yang dijanjikan dengan penunjukan Ari Soemarno," tambah dia.

Ray menuturkan, Jokowi perlu fokus dalam masa-masa transisi pemerintahan ini. Ia juga meminta agar mantan Walikota Solo itu segera berhenti dari jabatannya sebagai Gubernur DKI Jakarta.

"Beliau juga harus segera berhenti jadi kepala daerah karena permasalahan DKI juga kompleks. Jadinya ia tidak fokus," tutur Ray.

Dia juga melihat Jokowi saat ini mulai dikendalikan oleh partai sehingga tak lagi mandiri dalam mengambil keputusan. "Artinya, semakin Jokowi ditarik oleh partai maka semakin tipis ada gerakan fundamental dari Jokowi," tandas dia.

Sementara itu, Ari Soemarno dalam sebuah kesempatan pernah mengatakan mafia minyak bisa dengan leluasa memainkan harga minyak yang dibeli Indonesia. Hal itu disebabkan Indonesia tidak memilki stok minyak untuk disimpan sehingga harus terus mengimpor demi memenuhi kebutuhan masyarakat.

"Impor bahan bakar minyak (BBM) besar, tidak diimbangi infrastruktur penyimpanan. Akibatnya kita dimainin pasar, inilah yang disebut mafia pasar, Akibatnya kita beli spot terus. Kalau tender- tender sesuai prosedur tapi pasar memainkan kita," kata Ari di Jakarta, Selasa 24 Juni 2014.

Mantan Dirut Petral itu melanjutkan, mafia minyak juga akan bermain ketika fasilitas pengelola (kilang) minyak Indonesia mengalami kendala. Karena kilang dalam negeri rusak, Indonesia akan mengimpor lebih banyak minyak. Dalam kondisi ini, mafia mengambil keuntungan lebih dengan menaikkan harga.

"Saya tahu betul permainan yang sama. Kalau kilang mati sedetik saja, Singapura langsung bereaksi menaikkan harga minyak. Hal demikian susah dikontrol, tapi salah satu jalan mengatasinya yaitu dengan punya tangki banyak. Kalau kilang mati kita tidak apa, masih punya cadangan banyak," papar Ari.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya