APM Diminta Turut Bangun Infrastruktur SPBG

Mobil yang selama ini dijual di Indonesia 88 persen di antaranya menghirup bensin dan 12 persen lainnya bermesin diesel.

oleh Gesit Prayogi diperbarui 26 Sep 2014, 14:09 WIB
Jumlah SPBG yang beroperasi di Indonesia baru sebanyak 19 unit.

Liputan6.com, Jakarta - Masih segar dalam ingatan, wacana konversi bahan bakar minyak ke gas telah lama digulirkan pemerintah. Nyatanya, niat itu selalu tanpa ujung alias mentah di tengah jalan.

Dalam Indonesia International Automotive Conference (IAACI), pengamat migas, Kurtubi, melihat bahwa wacana yang telah ada sejak 30 tahun lalu itu tak pernah berbuah hasil. Ia menilai, masih banyak pihak-pihak terutama pemerintah yang masih setengah hati.

"Pemerintah harus punya kebijakan harga yang jelas. Dan jangan lupa Agen Pemegang Merek (APM) juga harus membantu menyediakan infrastrukturnya," tegasnya di Jakarta, Kamis (25/9/2014).

Lanjut dia, infrastruktur memang perlu dipersiapkan lebih matang sebelum pemerintah meminta para pemilik kendaraan beralih ke bahan bakar gas.

Data berbicara, jumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) di Indonesia memang belum seberapa jika dibandingkan dengan Thailand yang menargetkan memiliki 384 unit tahun ini. Sebagai perbandingan, SPBG yang ada di dalam negeri sejauh ini baru mencapai 19 unit.

"Mau ngisi di mana kalau infrastrukturnya nggak ada," imbuh dia.

Mengutip paparan materi paparan Manager Asia Research Dept. FOURIN, Toru Nakata, mobil yang selama ini dijual di Indonesia 88 persen di antaranya menghirup bensin dan 12 persen lainnya bermesin diesel.

Jika dibandingkan dengan Thailand, mobil-mobil yang di sana beroperasi dengan mesin diesel, ethanol, bensin, gas, dan hibrid (HEV).

"Di Negeri Gajah putih, 3 persen dari seluruh permintaan atas kendaraan ilaha yang berbahan bakar gas dan kebanyakan untuk transportasi publik, seperti taksi," terang Nakata. (Gst/Des) 

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya