Produk Ini Jadi Andalan RI di Pasar Bebas ASEAN

Sejak dulu hingga saat ini, produk garmen memang telah menjadi salah satu tulang punggung bagi Indonesia.

oleh Septian Deny diperbarui 25 Sep 2014, 19:00 WIB
Beberapa pekerja memeriksa seragam militer yang siap diekspor di perusahan garmen PT Sritex, Sukoharjo, Jateng. (Antara)

Liputan6.com, Jakarta - Produk garmen tampaknya masih akan menjadi andalan Indonesia untuk mendorong kinerja ekspor dan menghadapi perdagangan bebas ASEAN atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015.

Head of Trade Global Trade and Receivables Finance HSBC Nirmala Salli mengatakan sejak dulu hingga saat ini, produk garmen memang telah menjadi salah satu tulang punggung bagi Indonesia dalam menggerakan roda perekonomian.

"Garmen dan tekstil Indonesia tampaknya akan semakin baik kedepan. Sejak dulu garmen memang tulang punggung ekspor," ujarnya ujarnya dalam Media Roundtable : Free Trade Agreement & Trade Forecast di Gedung World Trade Center (WTC) Jakarta, Kamis (25/9/2014).

Menurut dia, industri garmen bahkan menjadi salah satu yang bisa bertahan menghadapi krisis ekonomi yang beberapa kali pernah melanda Indonesia.

"Pebisnis di Indonesia ini sudah tahan banting, apalagi industri garmen. Dari 1997 itu Indonesia sudah berkali-kali didera krisis. Dollar nyata-nyata merangkak naik sampai sekarang, dari Rp 7 ribu, Rp 9 ribu, sampai Rp 11 ribu mereka tetap bertahan," lanjutnya.

Bahkan ketika pasar utama dari ekspor garmen Indonesia, yaitu Eropa dan Amerika Serikat mengalami krisis, para pebisnis di industri garmen mampu mengalihkan penjualannya pada pasar lokal. Hal ini juga dibantu oleh peningkatan pendapatan per kapita masyarakat Indonesia sehingga mendorong kebutuhan akan sandang semakin meningkat.

"Kalau sekarang berkurang karena memang pembelinya sedang krisis seperti Amerika dan Eropa yang sejak 5 tahun lalu mengalami krisis," katanya.

Sementara itu, pesaing Indonesia dalam bidang garmen ini yaitu China, juga tengah mempersiapkan diri untuk berpindah kepada produk ekspor yang memiliki nilai jual lebih tinggi seperti elektronik. Dengan demikian, bukan tidak mungkin posisi China bisa direbut oleh Indonesia.

"Mereka (industri garmen) akan tetap fokus Amerika dan Eropa. Dan sekarang pun China sebagai produsen garmen terbesar akan move on ke IT. Jadi pasar garmen kita ke Asia akan banyak. Garmen kita sekarang juga banyak ke Malaysia dan Afrika," tandasnya. (Dny/Nrm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya