Liputan6.com, Jakarta - Pengamat politik dari Universitas Pelita Harapan (UPH) Emrus Sihombing mengindikasikan, Presiden terpilih Joko Widodo atau Jokowi akan melahirkan kabinet transaksional. Menurutnya, ada 3 indikasi kuat yang menjadi landasan Jokowi melakukan hal tersebut.
"Menurut pengamatan saya, ada indikasi kuat dia susun kabinet transaksional. Susunan yang digodok di belakang panggung politik. 18-16 masyarakat tidak dilibatkan. Hal sama akan terjadi pada siapa yang duduk di sana. Ketika dilakukan panggung belakang maka terjadi politik transaksional," ujar Emrus di Jakarta, Minggu (28/9/2014).
"Kalau di panggung depan, semua masyarakat bisa berwacana dan berpartisipasi. Misal diumumkan saya jadi menteri, maka masyarakat bisa melihat pantas atau tidak," tambah dia.
Selain itu, kata Emrus, disahkannya UU Pilkada telah menyudutkan Jokowi. Sebab, dengan Undang-Undang tersebut partai-partai yang mendukungnya mempunyai posisi tawar lebih tinggi.
"Sekarang Jokowi-JK yang butuh partai-partai di Koalisi Merah Putih. 80 Persen di daerah dikuasai mereka. Ketika pilkada tidak langsung digolkan maka menguatkan nilai tawar ke Jokowi," ungkap dia.
"Bahasa sehari-harinya gini. Kalau lu nggak mau, kita bisa dapat jabatan di daerah yang lebih kuat di menteri kok. Daripada menteri cuma 1, di daerah bisa dapat 3 kepala daerah," terang Emrus.
Indikasi ketiga adalah interest group atau kelompok kepentingan yang berada di balik Jokowi. Emrus menjelaskan kelompok tersebut mendanai kampanye Jokowi dan pasti ada timbal balik yang perlu diberikan.
"Dalam politik ada interest group yang membiayai kampanye, mereka istilahnya no free lunch," ujar Emrus.
Bila Jokowi mewujudkan kabinet transaksional, maka mantan walikota Solo itu dinilai tak berbeda dengan masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). "Transaksi atau Trisakti ya itu pilihan Jokowi. Kalau transaksional, maka Jokowi tak beda dengan SBY," tandas Emrus. (Mut)
UU Pilkada Terbit, Jokowi Terindikasi Bikin Kabinet Transaksional
Dengan Undang-Undang Pilkada, partai-partai yang mendukungnya mempunyai posisi tawar lebih tinggi.
diperbarui 28 Sep 2014, 13:31 WIBIlustrasi Jokowi-JK (Liputan6.com/Johan Fatzry)
Advertisement
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Trik Memisahkan Mie Basah Instan yang Bikin Memasak Jadi Lebih Mudah
Profil Dony Tri Pamungkas, Pemuda Boyolali yang Berhasil Wujudkan Cita-cita Jadi Pemain Andalan Timnas Indonesia di Piala AFF 2024
RBF Adalah: Memahami Fenomena Resting Bitch Face dan Dampaknya
Rahasia Menggoreng Ayam Kentucky Krispi dan Matang Sempurna
Infografis Geger Presiden Korsel Yoon Suk Yeol Umumkan Darurat Militer dan Sederet Kontroversinya
Harga Emas Antam Hari Ini 5 Desember 2024 Naik Rp 9.000 per Gram, Tengok Daftar Rinciannya di Sini
Ciri Pembelajaran Berbasis Kompetensi: Panduan Lengkap untuk Pendidik
Cara Move On dari Perselingkuhan dalam Hubungan Asmara, Baik Sebagai Pelaku atau Korban
Joe Biden Singgung soal Dosa Asli AS dalam Kunjungan ke Angola, Apa Itu?
Serba-serbi Koper Expandable yang Bisa Bikin Ruang Penyimpanan Jadi Lebih Besar
Manchester United dan Real Madrid Berebut Wonderkid Swedia, Digadang Sebagai Titisan Toni Kroos
VIDEO: Viral Kebakaran Mall Pakuwon Yogyakarta, Diduga Berasal Dari Gudang Penyimpanan Karpet