Mengajak dan Mendidik Anak agar Cinta Lingkungan

Agar anak-anak cinta dan peduli lingkungan orang tua harus mengajarkannya sejak dini. Bagaimana caranya?

oleh Liputan6 diperbarui 29 Sep 2014, 17:30 WIB
Maia Estianty ikut terlibat dan memeriahkan acara penanaman pohon Trembesi di sepanjang jalur Pantai Utara Jawa Timur.

Liputan6.com, Jakarta Ada perilaku menarik yang dilakukan para suporter sepakbola Jepang di Brasil sesudah menyaksikan laga sepak bola piala dunia beberapa waktu yang lalu. Sesudah pertandingan selesai, bahkan sesudah tim kesayangannya kalah, para suporter ini mengumpulkan sampah yang berserakan di stadion. Hal ini konon dilakukan juga pada momen-momen piala dunia periode sebelumnya. Artinya perilaku ini telah menjadi suatu kebiasaan cinta lingkungan yang tertanam kuat di dalam diri mereka.

Bagaimanakah jika kita bandingkan dengan yang terjadi di negeri ini? Perilaku membuang sampah dan perilaku lain yang jauh dari rasa cinta lingkungan ternyata banyak dijumpai di berbagai daerah. Masalah sampah menjadi masalah yang tampaknya sudah kronis bahkan menjadi ancaman serius di beberapa kota besar.

Sulitkah membuang sampah pada tempatnya? Meski tampaknya mudah dilakukan namun pada kenyataannya jika kita melihat di jalan-jalan di kanan dan kiri kita, banyak sampah yang dibuang sembarang. Banyak warga yang bahkan tampak tidak sabar dan memasang peringatan dilarang membuang sampah dengan mencantumkan denda dalam jumlah yang fantastis.

Dan jika kita mengabaikan perawatan lingkungan di sekitar kita dengan berbagai perilaku negatif seperti membuang sampah sembarangan, menggunduli dan membakar hutan, dan lain sebagainya, mungkin akan tiba waktunya alam menjadi marah dan mengingatkan kita lewat berbagai bencana yang mungkin timbul. Kabut asap yang menyesakkan, banjir, bahkan pemanasan global sudah bukan hal yang jarang kita dengar.


Juga perlu untuk anak

Selain untuk kita sendiri, mencintai lingkungan juga perlu dipelajari oleh anak-anak kita. Lewat belajar mencintai lingkungan, anak akan membangun sebuah rasa hormat dan menjaga lingkungan alam selama tahun-tahun awal perkembangan hidupnya dan tidak akan beresiko melakukan perilaku yang merusak alam di kemudian hari. Selain itu, interaksi positif dengan lingkungan alam adalah sebuah bagian yang penting dari perkembangan anak karena interaksi ini akan meningkatkan pembelajaran dan kualitas hidup sepanjang masa kehidupan sang anak.

Belajar mencintai lingkungan alam untuk anak di zaman sekarang memiliki tantangannya tersendiri. Semakin berkurangnya lingkungan yang alami karena perkembangan jumlah manusia merupakan alasan yang paling jelas terlihat. Budaya beraktivitas secara indoor juga meningkat di masa sekarang dibanding masa-masa sebelumnya.

Jika dahulu permainan yang mengasyikkan bagi anak-anak adalah bermain di sungai dan memanjat pohon bersama teman-teman, saat ini, banyak anak yang lebih asyik berada di dalam rumah yang menyediakan berbagai sarana permainan indoor dan relatif tidak membutuhkan banyak teman. Selain itu, pada masa kini, banyak orangtua yang merasa bahwa lingkungan alam berpotensi mengancam kesehatan bahkan keselamatan anak sehingga banyak orangtua yang kemudian melarang anaknya terlalu lama di luar rumah (alam) dan bahkan melakukan langkah-langkah perlindungan berlapis.


Bagaimana caranya

Meskipun melindungi anak tetaplah harus dilakukan dalam batas-batas tertentu, akan lebih bijak jika anak diberi kesempatan untuk mengeksplorasi alam dan lebih jauh lagi belajar merawat dan mencintainya. Bagaimana anak belajar mencintai lingkungan alam sekitarnya?

Pertama adalah menunjukkan contoh nyata bahwa orangtua juga mencintai lingkungan alam. Kecintaan orangtua pada alam lewat memelihara tanaman, membuang sampah pada tempatnya, menggunakan kembali barang bekas yang masih bisa dipakai akan mendorong anak untuk melakukan hal yang sama

Kedua adalah mengajak anak  “turun langsung” lewat pengalaman nyata di lapangan. Orangtua dapat membuat proyek-proyek bersama anak. Misalnya saja penanaman dan perawatan sebuah pohon yang ditanam bersama semenjak kecil. Lewat aktivitas nyata yang dilakukan secara rutin bersama dengan orangtua, misalnya memangkas daun, memberi pupuk, dan menyiram air, anak akan belajar secara terus menerus lewat hal-hal kecil untuk mencintai alam

Ketiga melakukan aktivitas verbal untuk melengkapi anak dengan pemahaman mengenai lingkungan alam. Contoh aktivitas ini adalah melakukan diskusi sederhana dengan tentang mencintai alam saat merawat tanaman atau bisa saja menceritakan dongeng yang berisi nilai-nilai cinta lingkungan alam.

Bumi sudah semakin tua. Mencintai lingkungan alam bukan hanya akan mencegah terjadinya bencana dan membuat tempat kita tinggal menjadi lebih nyaman namun juga menunjukkan kualitas kita sebagai manusia.

Yohanes Heri Widodo, M.Psi, Psikolog

Dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

Pemilik Taman Bermain dan Belajar Kerang Mutiara

 

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya