Liputan6.com, Yogyakarta - Status Siaga Kekeringan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta sudah ditetapkan sejak 15 September 2014. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY Gatot Saptadi mengatakan, ditetapkannya status Siaga Kekeringan ini ditandai dengan dikeluarkannya SK Gubernur DIY No 111 tertanggal 15 September 2014.
Dengan SK tentang pemberlakuan Siaga Kekeringan di Yogya, berarti Gubenur DIY Sultan Hamengku Buwono (HB) X meminta kepada dinas dan pihak terkait untuk memaksimalkan fokus di masing-masing wilayah terdampak.
"Per 15 September Pak Gubernur mengeluarkan status Siaga Kekeringan ini ada dasarnya. Dari BMKG dan masing-masing kabupaten mengeluarkan status kekeringan. Sehingga status ini dikeluarkan agar lebih fokus dalam menangani kekeringan di DIY," ujar Gatot kepada Liputan6.com Senin (29/9/2014).
Gatot menyebut, dirinya sudah mengajukan siaga darurat sebelum tanggal 15 September 2014. Namun karena masalah administrasi maka penetapan status baru bisa dilakukan setelahnya. Ia pun baru bisa memastikan penetapan tersebut, setelah Sultan menandatangani SK penetapan status Siaga Kekeringan.
Advertisement
"Kenapa sudah tanggal 15 September lalu baru diketahui sekarang itu hanya masalah administrasi saja. Nggak masalah. Penetapan itu agar SKPD lebih giat dalam menyelesaikan kekeringan. Itu masalah administrasi saja jadi saya baru bisa pastikan ketika Gubernur sudah tanda tangan," ujar dia.
Penetapan status Siaga Kekeringan di DIY sesuai dengan kajian yang dikeluarkan dari masing-masing pihak yang berwenang seperti halnya BMKG, masing-masing Pemkab dan BPBD Kabupaten. Hasil kajian tersebut menyimpulkan bahwa status darurat sudah pantas dikeluarkan, karena dampak kekeringan sudah melanda 24 kecamatan dari 78 kecamatan di DIY.
"Ini kajian kami bahwa ini sudah meluas di DIY ada 24 kecamatan terdampak kekeringan. Kami memetakan di Gunungkidul ada 14 kecamatan di Bantul 4 Kecamatan Sleman hanya di Prambanan sementara sisanya di Kulonprogo," tutur Gatot.
Menurut Gatot, musim penghujan diperkirakan terjadi pada Oktober 2014. Namun prediksi ini sesuai dengan konsultasi dengan BMKG. Ia pun berharap datangnya musim hujan akan terjadi dalam waktu dekat ini agar kebutuhan air di daerah yang terdampak kekeringan dapat terpenuhi.
Selain itu, ia sudah memiliki 3 skenario dalam menghadapi kekeringan di wilayahnya. "Langkah jangka pendek ada droping air jangka menengah melalui kompanisasi langkah ketiga memaksimalkan sumber air dengan embung air," tukas Gatot.