Harga BBM Bersubsidi Naik Dorong Rupiah Menguat

Anggota tim transisi Jokowi-JK, Luhut Panjaitan menuturkan, harga BBM bersubsidi naik dapat memperbaiki defisit sehingga rupiah menguat.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 30 Sep 2014, 17:44 WIB
SPBU di kawasan Radio Dalam, Jakarta, memasang papan informasi bertuliskan “Kuota Premium Subsidi Hari Ini Habis, Tersedia Pertamax”, Jakarta, Senin (25/8/14). (Liputan6.com/Andrian M Tunay)

Liputan6.com, Jakarta - Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi yang sudah diputuskan Joko Widodo (Jokowi)- Jusuf Kalla (JK) sebesar Rp 3 ribu per liter bisa menguatkan nilai tukar rupiah terhadap dolar.

Anggota Tim Transisi Jokowi-JK Luhut Panjaitan mengatakan, harga BBM bersubsidi naik akan memberi ruang fiskal pemerintah baru untuk membangun infrastruktur.

"Subsidi (saat ini) di APBN hampir 25 persen, untuk infrastrktur cuma 16 persen, jadi banyak  uang yang dibakar. Jadi uang BBM harus dialihkan ke infrastruktur," kata Luhut, di kantor BPPT, Jakarta, Selasa (30/9/2014)

Luhut menambahkan, dengan adanya pengalihan subsidi ke anggaran infrastruktur tersebut dan perbaikan penerimaan dari sektor pajak berdampak pada perbaikan neraca transaksi berjalan (Curent Account Defisit), sehingga akan menguatkan rupiah terhadap dolar.

"Nanti current defisit kita bisa bagus. Kalau harga BBM  dinaikkan, saya yakin Rupiah bisa menguat, pajak diperbaiki, rupiah bisa di kisaran Rp 10 ribu atau di bawah Rp 11 ribu," ungkapnya.

Luhut mengakui, tim transisi telah final membahas kenaikan harga BBM bersubsidi, Presiden Terpilih Jokowi dan Wakil Presiden JK telah memutuskan  besaran Rp 3 ribu per liter pada November 2014.

"Itu sudah diputuskan pak Jokowi dan pak JK Jumat lalu mereka menaikan Rp 3.000 pada November," pungkasnya. (Pew/Ahm)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya