Yuk Nonton Wayang Wong “MAHABANDHANA” di GKJ

Sebuah pergelaran Wayang Wong (Wayang Orang), yang merepresentasikan karya adiluhung penuh simbol dan makna dalam kemegahan artistik.

oleh Rizky Aditya Saputra diperbarui 29 Sep 2014, 16:15 WIB
Sebuah pergelaran Wayang Wong (Wayang Orang), yang merepresentasikan karya adiluhung penuh simbol dan makna dalam kemegahan artistik.

Liputan6.com, Jakarta Seni tradisi di tengah hegemoni budaya massa memerlukan idealisme berkesenian yang konstrukstif-prospektif. “Seni tradisi sudah seharusnya mencari posisi strategis atau reposisi kultural yang merepresentasikan dirinya sebagai modal budaya. Oleh karena itu, ekspresi artistik dalam seni tradisi harus direkonstruksi secara kreatif. Namun tidak hilang dari esensi luhurnya,” kata seniman yang juga pengusaha Eny Sulistyowati SPd, SE kepada sejumlah wartawan, di Jakarta, baru-baru ini.

Tatanan (konsep) inilah yang akan digunakan seniman tari ini ke dalam cakupan karyanya. Yaitu, sebuah pergelaran Wayang Wong (Wayang Orang), yang merepresentasikan karya adiluhung penuh simbol dan makna dalam kemegahan artistik dan tarian Jawa klasik, bertajuk “Mahabandhana.” Pentas megah ini akan digelar di Gedung Kesenian Jakarta (GKJ), Jum’at 3 Oktober 2014 mendatang.

"Wayang Wong (Wayang Orang) Mahabandhana digarap secara lebih kreatif dan inovatif. Dengan tetap mempertahankan keaslian wayang wong yang bersumber pada keaslian pertunjukan wayang wong istana Mangkunegaran. Namun kami kembangkan dalam kontek kekinian. Baik pada garap sanggit, koreografi, iringan musik, tata rias dan busana klasik," tutur alumni Institut Ilmu Keguruan dan Pendidikan (IKIP) Negeri Surabaya lulusan tahun 1994, serta lulusan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Bisnis Indonesia (STIE-BI) Jakarta lulusan tahun 2011 ini.

Pergelaran Wayang Wong Mahabandhana, terang Eny lagi, melibatkan tak kurang dari 150 seniman tradisi dari Surakarta, Yogyakarta, Semarang dan Jakarta. Didukung para bintang panggung dari Alumni Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, Yogyakarta, diantaranya; Agus Prasetyo yang juga bertindak sebagai sutradara. Pementasan Mahabandhana, juga melibatkan para seniman dari grup Wayang Wong Sriwedari dari Surakarta. Sebuah grup kesenian tradisionil legendaris yang sudah ada sejak tahun 1910.

Master musik dunia, Dedek Wahyudi, komposer yang sudah melalang-buana ke berbagai negara dengan karyanya, juga turut mendukung pergelaran ini. Dedek Wahyudi adalah musisi yang memiliki catatan rekor dunia dalam Pemecahan Rekor MURI (Museum Rekor Indonesia) membunyikan gamelan ‘Corobalen’ 36 jam nonstop, yang pernah digelar di Jakarta tahun 2011.

Eny Sulistyowati berharap pergelaran Wayang Wong Mahabandhana, dapat memberikan kontribusi bagi pelestarian seni budaya adi luhung bangsa Indonesia. Memberi pencerahan hidup melalui seni budaya. Mengajak generasi muda sebagai penerus bangsa supaya mencintai kekayaan budaya negeri sendiri. “Dan tentunya dapat membangun kreativitas dan memberikan wadah bagi seniman untuk senantiasa berkarya. Mengembalikan kaidah pertunjukan wayang orang tidak hanya sebagai tontonan, tetapi juga sebagai tatanan, dan tuntunan,” kata produser yang juga bertindak sebagai aktris dalam pementasan ini.

Pergelaran Wayang Wong Mahabandhana merupakan produksi kedua Tri Ardhika Production. Event Organizer (EO) ini sebelumnya sukses mementaskan opera sejarah bertajuk ”Ken Dedes Wanita di Balik Tahta” tahun 2013 lalu. Pergelaran Wayang Wong Mahabandhana didukung lembaga terkait, antara lain, WO (Wayang Orang) Sriwedari Surakarta, Senawangi (Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia), Pepadi ((Persatuan Pedalangan Indonesia), Dinas Budaya dan Pariwisata (Disbudpar) dan Pemerintah Kota Surakarta, serta didukung Istana Mangkunegaran Surakarta. Pemesanan tiket dapat mengubungi Tri Ardhika Production melalui telpon dan faksimili di 021 – 7919.6908 -09 atau 7919.0826

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya