Teka-teki Nasib Perempuan Iran yang Bunuh 'Pemerkosanya'

Eksekusi gantung Reyhaneh Jabbari (26) seharusnya dilakukan 1 Oktober 2014 waktu setempat. Muncul kabar, aparat Iran menundanya.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 02 Okt 2014, 13:28 WIB
Iran tunda eksekusi gantung Reyhaneh Jabbari ( Courtesy: apa-ice.org)

Liputan6.com, Teheran - Hidup Reyhaneh Jabbari tinggal hitungan hari. Perempuan Iran tersebut akan digiring ke tiang gantung atas kasus pembunuhan seorang pria yang diduga berniat memperkosanya. Laporan terbaru menyebut, eksekusi terhadap terpidana itu ditunda 10 hari.

Reyhaneh Jabbari ditangkap pada tahun 2007. Dua tahun kemudian, Pengadilan Teheran memutuskan ia bersalah membunuh Morteza Abdolali Sarband, mantan pegawai Kementerian Intelijen Iran -- meski terdakwa kala itu membela diri dengan mengatakan korban berniat menodai dirinya.

Vonis tersebut dikuatkan keputusan kasasi Mahkamah Agung Iran. Kecaman internasional pun muncul, memicu petisi yang ditandatangani lebih dari 190 ribu pendukung.

Eksekusi Reyhaneh Jabbari yang berusia 26 tahun seharusnya dilakukan 1 Oktober 2014 waktu setempat. Namun, organisasi hak asasi manusia Amnesty International, kepada The Independent, mengatakan bahwa sejumlah sumber menginformasikan bahwa hukuman gantung itu ditunda. Alasan mengapa keputusan dikeluarkan pada menit-menit terakhir belum diketahui.

"Kami jelas sangat lega karena Reyhaneh keluar dari bahaya, tapi kami tetap menyerukan kepada pemerintah Iran untuk mengkonfirmasi bahwa dia tidak akan digantung dalam waktu sepekan. Dan bahwa kasusnya akan kembali diinvestigasi," kata juru bicara Amnesty Internasional, seperti dikutip dari Al Arabiya, Kamis (2/10/2014).

Amnesty juga minta agar penyelidikan kasus perempuan tersebut dikaji ulang karena dinilai cacat. Reyhaneh Jabbari -- yang dituduh menusuk korban dari belakang -- mengaku ada pria lain yang membunuh Sarbandi. Bukan dirinya. Klaim tersebut belum pernah diselidiki semestinya.

Muncul kabar terpidana mengakui perbuatannya di bawah paksaan. Sebelumnya, Hassiba Hadj Sahraoui, deputi direktur Amnesty International untuk kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara berpendapat eksekusi tak seharusnya terjadi, apalagi ada keraguan terkait apa yang seharusnya terjadi saat itu.

"Daripada terus mengeksekusi orang, pihak berwenang di Iran harus mereformasi sistem peradilan mereka," kata dia.

Sementara, pejabat dari Penjara Evin, di mana Reyhaneh Jabbari menanti eksekusi telah meminta ibu terpidana untuk datang ke sana, mengambil jasad putrinya itu.

Sementara ibu Reyhaneh, Shole Pakravan masih berharap anaknya selamat. "Satu-satunya yang aku minta dari Allah, dari orang-orang di seluruh dunia...adalah agar putriku pulang," kata dia dalam wawancara dengan Fox News.

"Aku berharap mereka melilitkan tambang ke leherku dan membunuhku, tapi izinkan putriku kembali," kata Shole Pakravan. "Aku seorang ibu. Tak ada satupun ibu di dunia yang rela anaknya mati dengan cara itu." (Tnt)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya