Liputan6.com, Jakarta “Saya tidak bisa dihipnosis” demikian komentar seorang klien saat pertama kali jumpa saya. “Saya sudah menjalani hipnoterapi tapi terapisnya tidak berhasil menghipnosis saya. Kata terapisnya saya adalah tipe klien yang tidak bisa dihipnosis” begitu komentar klien lainnya.
Banyak orang yang masih salah mengerti mengenai kondisi trance atau hipnosis. Menurut mereka trance adalah suatu kondisi yang diciptakan oleh terapis. Yang benar, klien mengikuti dan merespon sesuai dengan bimbingan terapis sehingga mereka mengalami kembali kondisi kesadaran alamiah yang disebut dengan trance.
Advertisement
Trance atau kondisi hipnosis adalah kondisi pikiran yang secara alamiah dialami setiap individu. Dalam menjalankan aktivitas sehari-hari setiap individu pasti secara alamiah dan berkelanjutan masuk dan keluar kondisi trance. Kedalaman trance yang mereka masuki berbeda antara satu individu dengan yang lain dan juga berbeda dari waktu ke waktu. Semuanya terjadi secara alamiah dan mudah.
Berhubung trance adalah sesuatu yang alamiah dan adalah bagian tak terpisahkan dari hidup maka seringkali orang tidak menyadarinya. Akibatnya, mereka sulit mengendalikan kapan mau masuk dan keluar dari trance. Dan yang lebih sulit lagi mereka tidak bisa secara sadar atau sengaja masuk ke kedalaman trance tertentu.
Contoh fenomena trance
Berikut ini adalah beberapa contoh fenomena trance alamiah yang sering kita alami:
Peristiwa |
Penjelasan |
Kedalaman |
Anda sedang mengendarai sepeda motor atau mobil. Pikiran sadar Anda sibuk memikirkan hal lain dan tanpa disadari Anda telah tiba di tujuan.
|
Hipnosis jalan raya atau hi-way hypnosis. |
Light trance |
Anda berusaha mengingat kembali informasi yang pernah Anda dengar, lihat, atau baca.
|
Pencarian ke dalam diri, mengakses memori. |
Light trance |
Melamun, pikiran melayang atau membayangkan sesuatu.
|
Aktivitas pikiran sadar berkurang. |
Light trance |
Saat sedang asyik melakukan sesuatu, pikiran dan perhatian kita tercerap pada kegiatan itu dan tanpa disadari waktu berlalu begitu cepat.
|
Distorsi waktu yang disebut dengan kontraksi waktu.
|
Medium to deep trance |
Anda pulang kerja dan duduk di depan tv. Lima menit kemudian Anda menjadi agak mengantuk sambil terus menyaksikan acara televisi.
|
Pikiran sadar Anda tidak lagi aktif saat menyaksikan tv. |
Medium trance |
Waktu masih kecil, kepala atau lutut Anda terantuk dan cukup sakit. Anda menangi. Ibu datang mengusap-usap bagian yang sakit sambil berkata, “Nah… sekarang sudah tidak sakit. Sakitnya sudah Ibu ambil. Sudah nyaman kan…”, dan tiba-tiba sakitnya hilang.
|
Anestesi dengan sugesti oleh figur otoritas. |
Medium trance |
Saat sedang fokus membaca buku atau bekerja di depan komputer Anda tidak mendengar suara orang memanggil Anda.
|
Halusinasi negatif auditori. |
Deep trance |
Anda mencari kunci dan tidak berhasil menemukannya. Padahal kuncinya ada di depan Anda tapi Anda tidak bisa melihatnya.
|
Halusinasi negatif visual. |
Deep trance |
Waktu pacaran, waktu berlalu begitu cepat. Sehari terasa seperti satu jam.
|
Distorsi waktu yang disebut dengan kontraksi waktu.
|
Deep trance |
Anda mengalami luka namun tidak merasakannya. Beberapa saat kemudian Anda baru menyadarinya.
|
Anestesi spontan |
Deep trance |
Anda berbaring di ranjang dan ingin tidur. Tiba-tiba merasa tubuh Anda menjadi kaku dan tidak bisa digerakkan. Orang menyebut kondisi ini dengan istilah “ketindihan”.
|
Katatonia |
Very deep trance |
Advertisement
Trance dan hipnoterapi
Lalu, apa hubungan uraian ini dengan hipnoterapi?
Hipnoterapi adalah proses yang dilakukan secara sistematis dan terstruktur dengan tujuan menimbulkan trance atau kondisi hipnosis alamiah dalam diri klien dan menggunakannya untuk tujuan perubahan dan modifikasi perilaku yang bersifat terapeutik.
Dalam membantu klien, sebelum melakukan terapi, terapis secara sengaja, terstruktur, dan sistematis membimbing klien, dengan teknik tertentu, untuk mengakses dan memunculkan trance yang biasa klien alami. Berbeda dengan trance yang secara alamiah klien alami, yang sangat sulit atau tidak bisa mereka kendalikan secara sadar, terapis, dalam proses membantu klien, bisa membimbing klien masuk ke kedalaman trancetertentu, memperdalam trance, atau justru mengurangi kedalaman trance yang dialami klien sesuai dengan tujuan dan teknik terapi yang digunakan. Terapis dapat mempertahankan klien di kedalaman trance tertentu, melakukan terapi, dan setelahnya membimbing klien keluar daritrance.
Dengan pemahaman ini, saat klien mengatakan bahwa ia tidak bisa dihipnosis atau tidak bisa masuk kondisi hipnosis saat dibimbing oleh terapis maka yang terjadi sesungguhnya adalah klien, karena sesuatu hal, biasanya karena adanya perasaan takut, tidak merespon bimbingan terapis sehingga tidak bisa mengakses kondisi trance alamiah yang biasa ia alami.
Kemungkinan lain klien tidak bisa dibimbing masuk kondisi hipnosis atau trance adalah karena memang terapisnya tidak cakap. Bisa juga terjadi klien sebenarnya sudah trance namun ia merasa tidak atau belum masuk kondisi hipnosis karena pemahaman yang kurang tepat atau salah tentang trance.
Beberapa pemahaman yang salah ini antara lain saat dalam kondisi hipnosis seseorang akan kehilangan kesadaran, atau pikirannya berhenti total, atau tubuhnya menjadi sangat rileks sehingga sulit/tidak bisa digerakkan, atau tidak bisa memikirkan hal lain, atau tidak bisa mendengar suara lain selain suara terapis, atau ia akan menjadi seperti robot yang melakukan apapun yang diminta oleh terapis.
Dengan memahami kedalaman trance dan fenomena mental dan fisik pada setiap kedalaman trance, terapis dalam membimbing klien ke kedalaman tertentu demi kebaikan klien.
Misalnya untuk melakukan regresi, terapis akan membimbing klien ke deep trance. Untuk anestesi dengan sugesti, terapis hanya perlu membimbing klien ke medium trance. Bila anestesi ini untuk operasi besar atau membantu wanita melahirkan dengan nyaman maka kedalaman yang dibutuhkan adalah deep trance.
DR. Adi W Gunawan CCH
Pakar Teknologi Pikiran
Pendiri Adi W Gunawan Insitute of Mind Technology