Liputan6.com, Jakarta - Tim transisi pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla memastikan bakal menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi pada November sebesar Rp 3.000 per liter.
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mengatakan kenaikan harga BBM bersubsidi tersebut bagi konsumen tidak menjadi masalah, asalkan pemerintah harus bisa menjamin stok BBM usai harga dinaikkan.
"Sebetulnya yang paling penting itu adalah barangnya ada. Kalau harga dinaikkan kemudian stoknya masih susah juga sama saja, jadi kepastian stok ini yang paling penting," kata Pengurus Harian YLKI, Husna Zahir saat berbincang dengan Liputan6.com, Sabtu (4/10/2014).
Dia mencontohkan, saat ini nelayan di beberapa wilayah kesulitan mendapatkan solar. Padahal harga BBM subsidi hingga kini belum naik.
Husna menyadari kenaikan harga BBM bersubsidi sebesar Rp 3.000 per liter secara langsung tersebut akan menimbulkan dampak ke masyarakat, namun hal itu hanya bersifat sementara.
Beberapa hal yang dikatakannya perlu diwaspadai oleh pemerintah adalah kenaikah beberapa harga bahan pangan dan angkutan umum. Dua hal itu yang menjadi dampak permanen tiap kali kenaikan harga BBM.
"Jadi kenaikan harga BBM ini nantinya tidak hanya berimbas bagi para pengguna BBM bersubsidi, tapi juga yang tidak menggunakan, karena harga bahan pangan naik itu tadi, itu yang perlu diantisipasi oleh pemerintah," tegasnya. (Yas/Ndw)