Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus lunglai. Sejak rapat FOMC terkait rencana kenaikan tingkat suku bunga acuan dan perbaikan ekonomi di AS menekan kurs seluruh mata uang regional, termasuk Indonesia.
Belum ada sentimen positif baik dari dalam maupun luar negeri yang mampu mengangkat rupiah kembali ke titik yang lebih baik.
Bank Indonesia (BI) menyatakan dolar menguat terhadap mata uang global termasuk rupiah karena faktor luar negeri.
"Banyak faktor yang berperan dari dalam maupun luar negeri sehingga menyebabkan pelemahan nilai tukar mata uang regional, termasuk rupiah. Faktor luar negeri sangat dominan terutama penguatan ekonomi AS dan perkiraan kenaikan suku bunga AS," ujar Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo saat berkurban di Kompleks Perumahan Karyawan Bank Mandiri, Jakarta, Minggu (5/10/2014).
Dia menambahkan, faktor domestik ikut berperan dalam tergoleknya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. "Ada faktor gejolak politik dan melemahnya kembali neraca perdagangan yang mencatatkan defisit," kata Agus.
Menurut Agus, ini merupakan pekerjaan rumah BI dan seluruh pihak untuk bersama memperbaiki fundamental ekonomi Indonesia. Salah satunya menekan impor bahan bakar minyak (BBM).
"Menjaga dan konsisten terhadap pelaksanaan reformasi struktural di Indonesia. Salah satu agendanya tentu penyikapan terkait impor BBM yang banyak menekan fiskal Indonesia," tandasnya.
Berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia (BI), nilai tukar rupiah melemah menjadi 12.144 per dolar AS dari periode Kamis 2 Oktober 2014 di level 12.136 per dolar AS. (Fik/Ahm)
Advertisement