Kisah Relawan Tebar Hewan Kurban: Air Mata di Adonara

Perjalanan ini harus naik pesawat fokker 50, ojek motor, ojek kapal dan jalan kaki yang bermedan bebatuan, menerobos hutan.

oleh Liputan6 diperbarui 06 Okt 2014, 10:05 WIB
Perjalanan ini harus naik pesawat fokker 50, ojek motor, ojek kapal dan jalan kaki yang bermedan bebatuan, menerobos hutan.

Citizen6, Flores Hari ini H-1 Idul Adha, aku harus menyelesaikan tugasku sebagai Relawan Quality Control (QC) Tebar Hewan Kurban Dompet Duafa. Ini adalah event besar rutin tiap tahun. Hari itu aku harus memastikan setiap hewan ternak yang dikelola oleh mitra binaan di sini memenuhi syarat kelayakan yang telah ditetapkan.

Desa Adonara, Kecamatan Adonara Kabupaten Flores Timur Provinsi Nusa Tenggara Timur, itulah tujuanku. Sebuah wilayah yang termasuk kawasan Beranda Indonesiaa. Setelah melewati perjalanan yang cukup panjang dengan berbagai jenis transportasi dari Kupang, naik pesawat fokker 50, ojek motor, ojek kapal, dan jalan kaki yang bermedan bebatuan, menerobos hutan hampir 1 jam , sampailah ke tempat pemberdayaan ternak yang dituju. Kawasan Adonara merupakan satu pulau sendiri, terpisah dari pulau Flores. 

Perjalanan ini cukup melelahkan.

Sesampainya di lokasi aktivitas pertama yang harus dikerjakan ialah melakukan pengukuran bobot hewan ternak tahap akhir. Merekap data ketersedian ternak serta menyesuaikan dengan nama data pekurban yang dikirim dari Jakarta, sekaligus melakukan persiapan monitoring pemotongan dan memastikan penerima manfaat untuk esok hari.

Seharian penuh aku melakukan semua aktivitas tadi, Malam hari baru bisa balik dari lokasi peternakan. Saat perjalanan pulang dari peternakan, ditemani dinginnya malam, jalanan yang gelap tanpa lampu, lengkap dengan medan bebatuan yang sulit untuk dilewati, badan yang pegal-pegal karena jalan cukup jauh dan kondisi badan yg tidak tidur semalaman sebelumnya.

Benar-benar aktivitas yang menguras stamina. Namun semua kelelahan itu perlahan sirna, berganti dengan rasa syukur tatkala mendengar takbir nan syahdu berkumandang di daratan Flores, ada sebuah pesan menarik dari  Pak Udin, mitra lokal yang mengantarkan dan menjadi pemandu selama disini

"Mbak, saya ngurus kurban setiap tahun gini tidak dibayar sedikit pun. Saya harus meninggalkan pekerjaan saya untuk memastikan ternak tersedia dan didistribusikan dengan tepat. Alasannya untuk dakwah mbak. Margin yang kami dapat dari pemberdayaan ternak ini pun kami gunakan untuk menambah pembiayaan pondok pesantren di Adonara ini. Untuk beli makan, beli buku, untuk anak-anak santri dhuafa disini, ”ujar pak Udin.

Foto dok. Liputan6.com


Tidak tersedia ternak di setiap titik

Mendengar penuturan Pak Udin barusan tak kuasa aku menahan air mata ini, meleleh perlahan  membasahi pipi. Ya Rabbi..! sungguh mulia betul perjuangan mereka. Aktivitasku sehari-hari di Jakarta sana serasa belum seberapa jika dibandingkan dengan perjuangan mereka disini. Seharian tadi aku juga bertemu dengan beberapa warga dan anak-anak asli sini, mereka tampak ceria dengan hadirnya program Tebar Hewan Kurban ini, mitra peternak disini awalnya diberikan ternak untuk dipelihara selama setahun. Kemudian ketika tiba musim Kurban dibeli dan didistribusikan ke wilayah sekitar sini. Keuntungan yang diperoleh oleh itulah yang menambah pergerakan roda ekonomi warga disini.

“Beginilah dakwah di NTT mbak. Tidak mudah, medan sulit dijangkau, ternak tidak tersedia di setiap titik, namun ini merupakan ikhtiar kita bersama untk syiar islam di pedalaman NTT” Ustadz Husein, salah satu pimpinan mitra binaan Dompet Dhuafa memberikan cerita tambahan.

Diantara sayup-sayup suara takbir yang terus bergema dari salah satu masjid, aku kembali merenung. Begitu luar biasanya perjuangan dakwah disini, terbayang kembali wajah para penerima manfaat yang aku temui tadi, terbayang juga para donatur yang telah mempercayakan kepada kami dananya untuk dikelola dalam program pemberdayaan peternak dan  tebar hewan kurban ini.

Keikhlasan dan ketulusan mereka benar benar menjadi suntikan semangat buatku. Lelah yang kurasakan tadi perlahan sirna, berganti tekad kuat. Ya.. esok hari aku harus kembali turun ke lapangan untuk memantau pelaksanaan pemotongan hewan kurban, memastikan distribusi daging kurban ke warga berjalan lancar.

Pak Udin, Ustadz Husein dan sejumlah warga lain disini telah mengajarkanku satu hal tentang makna Idul Adha, bukan sekedar pengorbanan namun juga kesabaran dan tekad kuat untuk terus melakukan dakwah di manapun kita berada.

Akhirnya kuucapkan, Selamat Idul Adha sahabat sekalian, semoga kita semua semakin menjadi pribadi yang taat dan memberikan kebermanfaatan untk sesama. Terima kasih kpd para donatur yang berkurban melalui Dompet Dhuafa

Penulis:

Monica Utari Mariana

Adonara, Kabupaten Flores Timur Oleh

Disclaimer:

Citizen6 adalah media publik untuk warga. Artikel di Citizen6 merupakan opini pribadi dan tidak boleh menyinggung SARA. Isi artikel menjadi tanggung jawab si penulisnya.

Anda juga bisa mengirimkan artikel, foto atau video seputar kegiatan komunitas, kesehatan, keuangan, wisata, kuliner, gaya hidup, sosial media, dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya