Liputan6.com, Kupang - Fenomena alam gerhana bulan total yang terjadi pada Rabu malam, oleh sebagian besar anak-anak di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) ditanggapi dengan memukul kaleng dan seng bekas.
Seperti ditayangkan Liputan 6 Malam SCTV, Rabu (8/10/2014), tradisi yang merupakan peninggalan nenek moyang di Pulau Timor ini dimulai pada pukul 18.00 WIB hingga pukul 20.00 WITA.
Meski merupakan gejala alam, warga berkeyakinan dengan membunyikan benda yang bisa dipukul seperti kaleng, seng bekas dan lainnya bisa membuat gerhana bulan cepat berlalu dan kembali terang. Gerhana bulan ini juga dimanfaatkan warga Kupang lainnya untuk berkumpul sambil mengabadikan gambar pada handphone mereka.
Di Tasikmalaya, Jawa Barat, fenomena gerhana bulan ditanggapi dengan mengumandangkan takbir di masjid-masjid di seluruh penjuru Tasikmalaya. Mereka menyambut fenomena alam ini sebagai kebesaran ilahi dan berharap kebaikan dan keselamatan selalu diberikan yang kuasa.
Lain lagi di Blitar, Jawa Timur. Fenomena gerhana bulan direspons para santri di Pondok Pesantren (Ponpes) Darul Huda dengan memukul kentongan dan menggelar salat gerhana.
Advertisement
Usai salat, para santri yang penasaran berusaha melihat dari lapangan yang tidak jauh dari lokasi pondok. Namun gerhana tidak terlihat karena tertutup awan.
Fenomena alam gerhana bulan darah ini terjadi karena posisi bulan masuk ke dalam bayang umbra atau bayangan inti bumi.
Baca juga:
Awan Halangi Gerhana Bulan Total di Langit Jakarta
Ramai-ramai Nonton Bareng Gerhana Bulan Total di Solo
Ribuan Santri di Surakarta Salat Gerhana Bulan
(Ans)