Liputan6.com, Jakarta - Polisi Australia memang belum mengungkapkan motif di balik pembunuhan Warga Negara Inonesia (WNI) wanita transgender Mayang Prasetyo.
Seperti ditayangkan Liputan 6 Siang SCTV, Kamis (9/10/2014), hal tersebut disebabkan Marcus Volke yang diduga menjadi pelaku pembunuhan yang disertai mutilasi juga ditemukan tewas tak jauh dari apartemen mereka. Dugaan kuat hingga saat ini Marcus bunuh diri setelah menghabisi nyawa Mayang.
Advertisement
Sementara pemilik rumah bordil Pleasure Dome di Melbourne buka suara. Ivan Gneil mengaku kenal baik dengan Mayang Prasetyo dan Marcus Volke yang bekerja selama 5 tahun dan 2,5 tahun sebagai Pekerja Seks Komersial (PSK) di tempatnya. Keduanya keluar berbarengan dari Pleasure Dome tahun 2012.
Ivan menduga Marcus memaksa Mayang keluar dari Pleasure Dome untuk membuka bisnis prostitusi online sendiri. Ivan mengaku mengetahui Marcus pernah melakukan kekerasan pada Mayang.
Di mata psikolog, pelaku transgender memang memiliki sifat mudah tersinggung, tertutup, minder dan reaktif.
"Dia (transgender) tidak bisa membohongi dalam waktu 24 jam, jadi mereka ribut. Unsur dia kan lahir sebagai laki-laki, unsur agresifitas dia itu ada dia bawa sebagai laki-laki. Nah jadi mungkin pada waktu meraka nyadar sebagai laki-laki mungkin reaksinya bagaimana, mengakibatkan yang mungkin mengagetkan si suami," jelas psikolog Sienny Wijaya Rambitan.
Ada kemungkinan Mayang memiliki sifat tersebut dan dibunuh setelah sebelumnya ribut dengan pasangannya. Marcus yang juga diduga mempunyai kelainan tidak bisa menerima sifat asli Mayang. Kendati tergolong pembunuhan sadis, secara ilmu psikologi Marcus tidak bisa dikategorikan psikopat murni.
Sebab seorang psikopat tidak akan melakukan aksi bunuh diri setelah menghabisi nyawa orang lain. Sebaliknya dia akan tenang-tenang saja atau malah bangga seusai membunuh. (Yus)
Baca juga:
Apartemen Saksi Bisu Kematian Mayang Prasetyo