Pakar Pertahanan AS: Waspada 'Bom Bunuh Diri Ebola' ISIS

Pakar pertahanan Amerika Serikat, Al Shimkus memperingatkan warga dunia bahwa ISIS bisa saja melakukan aksi 'bom bunuh diri Ebola'.

oleh Rizki Gunawan diperbarui 11 Okt 2014, 14:57 WIB
FBI berharap masyarakat bisa mengenali suara militan ISIS dalam video yang disebarluaskan. (BBC)

Liputan6.com, Washington DC - Amerika Serikat bersama sekutu melancarkan gempuran habis-habisan untuk membumibinasakan kelompok ISIS di Irak dan Suriah. Langkah ini sebagai cara untuk mematikan sepak terjang kelompok tersebut yang bisa merangsek masuk ke negara lain dan juga dikhawatirkan bisa menjangkau Eropa dan Amerika.

Selain dugaan ISIS akan menjadikan warga asing sebagai anggotanya untuk membuat gaduh negara asal, kelompok tersebut juga dikhawatirkan bisa melakukan cara lain untuk membuat dunia kacau.

Pakar pertahanan Amerika Serikat Al Shimkus memperingatkan warga dunia, ISIS bisa saja melakukan aksi 'bom bunuh diri Ebola'. Dalam aksi itu, anggota ISIS bakal menuju negara Afrika yang warganya terjangkit Ebola agar bisa tertular. Kemudian milisi tersebut akan menuju negara lain untuk menularkannya.

"Bisa saja terjadi (ISIS lakukan penyebaran Ebola). Nanti salah satu invididu (ISIS) sengaja agar terjangkit Ebola," ujar Al Shimkus, seperti dimuat Al-Arabiya, Sabtu (11/10/2014). Dia meminta agar warga dunia waspada.

Menurut Profesor Ahli Pertahanan Negara di Institut Pertahanan Laut AS tersebut, strategi itu termasuk teror biologi dengan teknologi rendah.

"Individu yang terkena Ebola akan menjadi pembawa virus itu. Dalam konteks aktivitas teror, tidak perlu hal yang kompleks untuk melanjutkan ke tahap berikutnya, yaitu menggunakan manusia sebagai pembawa teror biologi," kata Al Shimkus.

Senada dengan Al Shimkus, Direktur Program Pertahanan dan Intelijen Universitas Buckingham Inggris, Anthony Glees juga berpendapat demikian.

"Ini suatu langkah yang masuk akal, mungkin saja terjadi. ISIS dengan percaya diri melakukan strategi ini, untuk misi bunuh diri. Apalagi mereka memiliki beberapa anggota yang bisa dijadikan pembunuh. Dan mereka juga sudah tahu kita, orang Inggris sudah lalai," ujar Anthony.

Oleh karena itu, pakar bioteroris, Amanda Teckman menyerukan agar seluruh negara memperhatikan ancaman ini. "Ancaman serangan bioteroris Ebola dari Afrika Timur adalah masalah kesehatan dan keprihatinan global. Ini tidak boleh diabaikan," ujar Amanda.

Dalam dokumen yang ditemukan dari laptop milisi ISIS asal Tunisia, Mohammad S, diketahui kelompok tersebut tengah mengembangkan "senjata biologi" dengan menciptakan wabah dari penyakit menular hewan. Demikian menurut laporan Al-Arabiya.

"Keuntungan dari strategi biologi itu karena tidak memakan biaya yang besar dan dampaknya bagi manusia sangat besar. Ketika mikroba diinjeksikan pada tikus, gejala penyakitnya harus terasa dalam jangka waktu sekitar 24 jam kemudian," demikian yang tertulis dalam dokumen milik ISIS tersebut. (Sss)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya