Liputan6.com, Jakarta - Kisruh internal di tubuh Partai Golkar kian memanas setelah jabatan Aburizal Bakrie atau Ical sebagai Ketua Umum Partai Golkar berakhir pada 8 Oktober 2014 lalu. Poros Muda Partai Golkar mendesak DPP Partai Golkar segera menggelar musyawarah nasional (munas) mencari ketua umum pengganti Ical.
Akibat kisruh internal tersebut dinilai membuka peluang munculnya partai baru, sebagai bentuk 'pemberontakan' dari faksi-faksi internal partai. Misalnya saja terbentuknya Partai Golkar 'Perjuangan'.
"Kemungkinan itu ada," kata Juru Bicara Poros Muda Partai Golkar Andi Sinulingga usai diskusi di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Sabtu (11/10/2014).
Kendati, Andi mengatakan, pembentukan partai baru, Partai Golkar 'Perjuangan' itu adalah jalan terakhir. Bahkan bisa dibilang sebagai pilihan terburuk. Mengingat masih banyak solusi terbaik lain yang bisa dipilih untuk menyelesaikan permasalahan Golkar.
"Itu pilihan terburuk. Karena masih ada pilihan-pilihan lain yang terbaik. Saya kira Golkar masih lebih berharga bagi kita ini. Karena tidak bagus juga banyak-banyak partai," ujar Andi.
Desak Munas
Andi mendesak Ical agar segera menyelenggarakan Munas. Sebab, Ical sebagai ketua umum sudah habis masa jabatannya pada 8 Oktober 2014 lalu.
"Karena itu untuk menghindarkan hiruk-pikuk seperti ini, Poros Muda mendesak Golkar di bawah kepemimpinan Ical untuk segera menyelenggarakan Munas. Di situ kita bicara sama-sama. Di situ segala permasalahan-permasalahan Golkar kita pecahkan bersama-sama," tegas Andi.
Andi menepis anggapan desakan Munas tersebut untuk menjatuhkan Ical. Sebab, dengan selesai masa jabatannya sejak 8 Oktober 2014, kepemimpinan Ical bisa dianggap ilegal. Poros Muda justru ingin mengingatkan Ical, kini sudah saatnya menggelar munas mencari ketua umum baru.
"Bukan mau menjatuhkan Aburizal Bakrie. Tidak ada satu pun gerakan dari Poros Muda ini untuk menjatuhkan. Tapi untuk mengingatkan bahwa munas sudah waktunya. Karena itu diselenggarakan saja munasnya," kata Andi.
Andi menjelaskan, tidak ada larangan Ical sebagai 'petahana'. Artinya, dia bisa mencalonkan diri kembali sebagai ketua umum DPP Partai Golkar untuk 5 tahun mendatang.
Akan tetapi, kata Andi, semuanya tetap dikembalikan kepada DPD Golkar Tingkat I Provinsi dan Tingkat II Kabupaten/Kota sebagai pemilik suara yang menentukan. "Di dalam AD/ART itu tidak ada larangan mencalonkan kembali."
"Kalau memang ingin berlama-lama di kekuasaan Partai Golkar, gelar saja munasnya, silakan maju kembali. Nanti itu DPD Tingkat I dan II yang memberikan justifikasi apakah kepimpinan Ical itu sukses atau gagal. DPD-DPD itu menentukan beliau kembali sebagai calon ketum. Nanti itu semua forumnya di munas," pungkas Andi.
Perpecahan Partai Golkar dimulai Pileg 2014. Sebagian elite Golkar ada yang berafiliasi politik dengan Koalisi Indonesia Hebat yang menyokong Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK), yang berujung pemecatan. JK sendiri merupakan politisi senior Partai Golkar.
Pemecatan elite Golkar membuat suara Golkar pecah. Bahkan, sempat muncul wacana Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) untuk menggantikan Ical, karena dianggap tidak becus memimpin Golkar.
Meski pada Pileg 2014 lalu Golkar mampu menembus 3 besar, namun Golkar malah berkoalisi dengan Koalisi Merah Putih, mendukung Prabowo-Hatta hingga saat ini. Dengan kata lain, Golkar yang sepanjang sejarah berada di pemerintahan, harus beroposisi pada periode pemerintahan Jokowi-JK. (Sss)
Advertisement