Liputan6.com, Jakarta Bukan hanya wanita yang bisa terserang kanker payudara. Meski presentasenya kecil pria pun berpotensi terkena penyakit ini. Wielly Wahyudin (38) salah satu survivor (penderita kanker yang sudah dinyatakan sembuh) pria yang pernah didiagnosis dokter terkena kanker payudara.
Tahun lalu, tepatnya bulan Maret, Wielly merasakan ada benjolan pada payudara bagian kanan. "Karena tidak sakit, jadi saya nggak periksakan ke dokter," ujarnya di sela-sela acara Jakarta Goes Pink kepada Health-Liputan6.com di Balai Kota DKI Jakarta pada Minggu (12/10/2014).
Advertisement
Pada suatu hari di Mei 2013, dada Wielly tak sengaja terbentur tiang sehingga terjadi peradangan, sehingga bengkak sampai-sampai puting payudaranya sudah masuk ke dalam. Tak tahan menahan sakit, ia pun pergi ke dokter dan diberi resep antibiotik, obat penahan sakit, dan obat tidur.
Seiring berjalannya waktu, benjolan kecil sekuku yang ia rasakan makin membesar. Bulan Juni ia pun kembali memeriksakan diri ke dokter, ia pun melakukan biopsi. "Dokter menyatakan kanker payudara stadium 3," terangnya.
"Saat itu saya sangat terkejut dan tidak menyangka. Saya pun lemas dan stres saat itu. Istri saya pun kaget" ceritanya.
Kasus jarang
Kasus jarang
Kasus kanker payudara pada pria memang jarang. Oleh karena itu, dokter yang menangani pria bertubuh tinggi ini pun melakukan beberapa tes lagi. "Dokter onkologi saya ingin memastikan bahwa itu benar-benar kanker," ujarnya.
Dan benar, di payudara kanannya ada kanker. Ia pun menuruti apa kata dokter demi keselamatan hidup. Tepatnya tanggal 10 Juli 2013, ia menjalani operasi pengangkatan payudara atau mastektomi.
Tak berhenti di situ, masih ada jalan panjang yang ditempuhnya. Ia harus melakukan kemoterapi, radiasi, dan terapi hormon.
"Bibir pecah, rambut rontok hingga botak, tidak bisa makan itu semua saya jalani Apalagi di awal-awal kemo, saya sangat down," ujarnya.
Untungnya, tepat di ulang tahunnya ke 38 pada Desember tahun lalu, ia meyakinkan diri untuk bersemangat jalani hidup dan jalani kemoterapi yang menyakitkan. "Saya ubah mindset bahwa kemo bukanlah hal menyakitkan. Saya anggap kemo adalah jus, bukan obat," ungkap pria yang bekerja di kapal pesiar ini.
Satu hal lagi, semangatnya untuk sembuh makin meningkat usai teman-teman datang dari Cancer Information & Support Centre. "Saat saya enggan makan, mereka datang menyemangati saya hingga akhirnya saya makan," imbuh pria ini.
September 2014 lalu akhirnya ia bisa bernapas lega. "Setelah menjalani Pet CT Scan pada awal Agustus saya dinyatakan bersih dari kanker," ungkap pria ini bahagia.
Advertisement