Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah diperkirakan akan kembali gagal dalam memenuhi target yang sudah tertuang dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2014.
Salah satu target yang tidak tercapai yaitu asumsi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). APBN-P 2014 menetapkan nilai tukar rupiah pada sepanjang tahun ini yaitu Rp 11.600 per dolar AS, lebih optimistis dari APBN 2014 yang sebelumnya di Rp 11.700 per dolar AS.
"Rupiah di level 12 ribu adalah nilai fundamental mata uang Indonesia saat ini, akan berat untuk menguat ke level target pemerintah di level 11.700 dalam jangka pendek," ungkap Head of Research KSK Financial Group, David Cornelis, Senin (13/10/2014).
David menjelaskan, penguatan dolar AS bukan saja terhadap mata uang kuat dunia, kurs di negara berkembang juga terkena imbasnya seperti India, Turki, dan beberapa yang lainnya.
Dalam analisanya, untuk saat ini batas atas nilai tukar rupiah terhadap dolar adalah di level 12.386 jika nantinya terus mengelami pelemahan.
"Dengan bergerak ke level 12.282 saat ini, rupiah sudah balik ke posisi Desember tahun 2013 lalu," tegasnya.
Waspadai pelemahan rupiah lanjutan, jika rupiah tembus di level 12.386 berikutnya akan mengantar rupiah kembali ke level Rp 12.550, posisi di mana berada di bulan Desember 2008.
Dijelaskan oleh Davis, mulai pulihnya perekonomian negeri paman Sam dan pemberhentian paket stimulus serta rencana The Fed menaikkan suku bunga menjadi faktor dominan terhadap keluarnya dana asing secara temporer di saat negara berkembang sudah mahal valuasinya ditambah mencuatnya risiko politik yang mendiskon valuasi premium bursa Asia.
"Hal itu kembali dipicu dengan riuhnya di parlemen, itu akan menimbulkan kekhawatiran investor tentang kekuatan Jokowi," pungkasnya. (Yas/Ndw)
Advertisement